Terjadi keheningan begitu lama di antara mereka, terlebih Atma dan Saniscara saling bertukar pandang seolah ragu bahwa gadis berparas polos di hadapan mereka itu benar-benar tahu jalan pintas ke dalam istana. Atma kemudian tertawa kecil. “Hahaha, kau lucu sekali, Prajna. Kami tidak bersungguh-sungguh berkata demikian, jadi lupakan saja, ya?” Loka tersenyum kecil. “Namun, sekarang ini saya tidak sedang bercanda, Tuan. Kalau Tuan-Tuan tidak mau informasi saya tidak masalah, toh saya tidak akan rugi bandar.” Dia tahu bagaimana menarik rasa penasaran orang lain tanpa harus kehilangan informasi berharga. “Kalau begitu saya izin mengambil isi teko terlebih dahulu, ngapunten—” “Tunggu sebentar.” Saat Loka sudah berdiri dan hendak pergi bersama teko tanah liat di tangan, barulah Atma memanggil

