8. Tersinggung.

1106 Kata
Nadia sudah menyiapkan drama lainnya untuk memberi pelajaran bos durhaka nya itu. Iblis hitam dalam dirinya menyeringai, akan menjadi sangat menyenangkan dan ia sudah tidak sabar. Nadia bukan karyawan kemarin sore, setiap ada kerja sama antara perusahaan tempatnya bekerja dan perusahaan lain, Dion dan Pak Albert kerap mempercayakannya untuk bagian presentasi. Bagi Nadia itu hal kecil, ia tahu persis bagaimana melakukannya hingga memenangkan hati klien dengan satu kali presentasi. Baik Pak Dion maupun Pak Albert, keduanya tidak pernah meragukan kemampuan Nadia, hanya satu orang yang konsisten meragukan kemampuannya. yaitu ibu Heni, calon mertuanya dulu. Atau sekarang statusnya bukan lagi calon, tapi mantan calon mertua. Dia adalah satu-satunya orang yang mustahil Nadia kalahkan, pasalnya wanita paruh baya itu sudah mengibarkan bendera perang sejak saat pertama kali Nendra memperkenalkannya. Wanita itu sulit diyakinkan, meskipun sejuta kebaikan telah dilakukan Nadia untuk membujuk agar restu itu diperoleh olehnya. Sayangnya sebelum Nadia berusaha dengan maksimal, Ibu Heni sudah terlebih dulu menjodohkan putra kesayangannya dengan wanita lain. Bisa diibaratkan Ibu Heni lebih sulit diyakinkan dibandingkan klien manapun. Konsep iklan yang kini dikerjakan Naida adalah produk skin care perawatan wajah. Tentu saja target konsumennya adalah wanita, Nadia salah satunya. Nadia bukan penggila skincare, bersyukur ia memiliki wajah yang tidak terlalu bermasalah, tapi tidak bisa juga disebut mulus tanpa cela. Nadia memiliki beberapa bekas jerawat di area dagu dan kening, hasil perbuatan hormon bulanan yang terkadang sulit dikendalikan. Alhasil bintik-bintik hitam itu muncul, membuat Nadia harus membeli sesuatu untuk menyamarkan keberadaannya. Konsep iklan pertama yang dianggap sampah oleh Arik, diubahnya oleh Nadia dan untuk konsep yang kedua lelaki itu menyetujuinya dan sepakat untuk membawa konsep kedua sebagai bahan presentasi hari ini di depan klien. Seperti yang sudah Nadia duga sebelumnya, klien tampak suka dengan konsep yang dipaparkan Nadia. Ia yakin, presentasi kali ini tidak akan gagal seperti biasanya bahkan saat Nadia menoleh ke arah Arik pun, lelaki itu tersenyum manis ke arahnya dan para klien. Di tengah kegembiraan Arik, rupanya Nadia mengambil Macbook mikiknya berkata, “Kamu masih punya satu konsep lagi. Konsep cadangan,” Nadia berpura-pura tidak melihat ke arah Arik dimana senyum manis lelaki itu pudar seketika. “Benarkah? Boleh kami lihat?” Tentu! Itu yang diharapkan Nadia. Senyum Nadia semakin melebar saat ia menunjukan file yang sudah dipersiapkannya dengan sangat matang. Ide sampah yang sudah dipolesnya dengan sangat elegan dan cantik. Nadia merelakan jam tidurnya hanya untuk mengubah desain yang dianggap sampah oleh Arik tidak hanya itu saja, Nadia pun bekerja lebih serius lagi dibandingkan ide yang disetujui oleh Arik. Istilahnya, Nadia benar-benar menumpahkan segala ide kreatifnya untuk ide sampah itu. Pak Arik mungkin sudah sangat berpengalaman dalam hal meremehkan pekerjaan seseorang, tapi tidak dengan Nadia. Apalagi konsep dan target kali ini jelas sasaran utamanya adalah perempuan, Nadia jauh lebih tahu dibanding Arik. Nadia tahu persis bagaimana menjual dan mengemasnya dengan daya tarik yang begitu meyakinkan dan hal tersebutlah yang membuat Nadia merasa sangat tersinggung saat Arik menyebutnya ide sampah. Nadia tetap bersikap tenang dan menahan diri untuk tidak bersorak kegirangan saat klien memutuskan untuk memilih ide sampah miliknya. Ide sampah yang sempat dihina Arik. Meskipun senyum masih terlihat di wajah lelaki itu tapi Nadia yakin bahwa senyum itu hanya untuk menutupi kekecewaan dalam dirinya saja. “Kamu sengaja melakukannya?!” Langkahnya terhenti dan menoleh cepat sesaat setelah keduanya berada di area parkir. Pertemuan dengan klien selesai, dimana konsep Nadia yang dianggap sampah adalah pemenangnya. Nadia mendapat banyak pujian, tapi dibalik itu semua Nadia pun harus bersiap menghadapi serangan Arik. Wajah lelaki itu seketika berubah, tidak ada lagi senyum manis di wajahnya tapi tatapan kesal penuh amarah. “Maksudnya melakukan apa, Pak?” Nadia memasang wajah polos tanpa dosa. “Kita sepakat ide pertama itu nggak akan kita gunakan,” “Saya nggak dengar kata sepakat, setelah Pak Arik menyebutnya sampah, saya nggak ingat kita pernah ada janji lainnya lagi.” Nadia masih bertahan dengan sikap polosnya. “Saya hanya mengajukan pilihan, selagi ada dua konsep. Kalau akhirnya mereka lebih memilih konsep sampah milik saya, itu di luar kendali saya Pak.” “Saya tahu kamu sengaja!" Intonasi bicaranya masih tinggi, rupanya lelaki itu sedikit emosional dan sulit diluluhkan. “Kenapa Pak Arik bisa berpikir seperti itu? Lagipula klien merasa senang dengan konsep iklan yang kedua artinya kerja sama antara perusahaan Pak Arik dan mereka berjalan lancar seperti yang diharapkan.” “Tapi saya nggak suka dengan cara kamu seperti ini.” Tegasnya. “Berkonfrontasi dengan atasanmu sendiri,” “Apa?!” Ternyata lelaki di hadapannya itu sama pendendamnya dengan Nadia. Tidak apa-apa, Nadia sudah tahu konsekuensinya jadi ia harus tetap tenang menghadapi bos besar tantrum. “Kamu memang sok tau!” Ucapnya. “Apa?” Kalimat yang terlontar dari bibir lelaki itu jelas kembali menyinggung Nadia. “Pantas saja kamu ditinggal kekasihmu, dengan sifat kamu seperti itu saya rasa wajar saja dia lebih memilih wanita lain.” Satu kali lelaki itu menyinggung saat mengatakan pekerjaannya sampah, itu sudah sangat fatal mengingat selama ini Nadia tidak pernah mengecewakan saat melakukan pekerjaan. Nadia sangat totalitas. Kedua, lelaki itu tiba-tiba saja mengungkit masalah yang sangat sensitif dan pribadi dimana tidak ada satu orang pun yang boleh menyinggungnya. Kecuali ketiga temannya yang sudah tahu bagaimana seluk-beluk kehidupan asmara Nadia dan Nendra. Tapi dengan lancangnya Arik mengungkit hal tersebut dan menjadikannya sebagai senjata untuk membalas kekalahannya. Bos kurang ajar itu merasa kalah, padahal sebenarnya ia akan menyongsong keuntungan yang tidak sedikit. “Benar, sifat saya seperti ini mungkin menjadi salah satu alasan mengapa saya ditinggalkan dulu. Tapi perlu Bapak tahu, hubungan normal dan hubungan sesama jenis tidak bisa disamakan. Bapak mungkin perlu memeriksakan bagian belakang Bapak sebelum los dan nggak bisa ngerem mendadak seperti bibir Bapak.” Balas Nadia tidak mau kalah. “Apa?!” Arik pun semakin terpancing emosi. “Mana kunci mobil saya?!” Lelaki itu mengulurkan tangannya. “Kamu pulang sendiri! Jangan naik mobil saya lagi!” Nadia menatap dengan tatapan tidak percaya. “Pantes aja suka sesama jenis, tersinggungan sih!” Nadia memberikan kunci mobil tersebut, tapi sebelumnya ia membuka pintu mobil untuk mengambil beberapa barang miliknya yang masih tertinggal di dalam sana. Tidak tanggung-tanggung Nadia pun membanting pintu mobil itu dengan sangat kasar, hingga menimbulkan suara yang cukup nyaring Nadia tahu, Lelaki itu sangat menyayangi mobil itu, tapi masa bodoh. Nadia tidak peduli. “Terima kasih untuk tumpangannya, selamat siang!” Ucapnya, lantas pergi meninggalkan Arik di area parkir. Melihat bagaimana Nadia pergi meninggalkannya, membuat Arik termenung dan nyaris berniat untuk kembali memanggilnya. Ucapannya pasti sangat menyinggung wanita itu. Arik menyadarinya, tidak seharusnya ia membawa masalah pribadi Nadia ke lingkungan pekerjaan. Arik menyusul Nadia hingga ke bagian depan gedung untuk mencari keberadaan wanita itu sayangnya sosok Nadia sudah tidak terlihat.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN