7. Balas dendam

1264 Kata
Tiba-tiba Nadia sangat merindukan sosok Pak Dion. Ketampanan yang begitu paripurna lengkap dengan tutur kata lembut dan bijaksana, Dion adalah salah satu contoh lelaki idaman masa kini. Jangan lupa, dibalik wajah dan sikapnya yang nyaris sempurna itu, Dion pun termasuk dalam kategori lelaki setia. Kenapa Nadia dan teman yang lainnya bisa memasukan Dion dalam kategori setia, lelaki itu nyaris tidak pernah dekat dengan siapapun kecuali Nadia. Banyak wanita cantik di kantor, tapi Dion selalu menegaskan bahwa ia hanya mencintai istrinya. Luar biasa sekali bukan? Dari segi kemasan Arik jauh lebih baik, penampilan, suara dan bentuk tubuhnya yang begitu atletis kerap menjadi sasaran empuk jomblo ngenes berfantasi liar, termasuk Nadia. Sayangnya di balik cangkang yang begitu indah itu terdapat sifat arogan yang membuat Nadia tidak akan berpikir dua kali untuk meralat kata-kata pujiannya. Apalagi setelah insiden dimana Arik menyebut pekerjaan Nadia sampah. Harga diri Nadia benar-benar terluka. Tapi tenang, sebutan cegil untuknya tidak afdol jika ia tidak bisa membalas perbuatan Arik. Saat Dion menghargai pekerjaannya dulu, sementara Arik justru mengkritik habis-habisan dan justru menyebut hasil kerjanya sampah, hal tersebut berhasil membangunkan beruang hibernasi yang ada di dalam diri Nadia. Jangan sebutan Nadia cegil, jika tidak bisa membalas perbuatan lelaki itu secara halus. Otak dan kreativitas menjadikan Nadia sebagai salah satu staf paling diandalkan, ibaratnya Nadia adalah ujung tombak di bagian divisinya. “Gue kangen Pak Dion.” Gumamnya sambil menyesap kopi dari gelas plastik. Pak Dion memang tidak dipindahkan secara resmi, tapi lelaki itu lebih sering ada di kantor cabang baru dimana kini Arik yang mengambil alih semuanya. “Percuma, Lo nggak bakal di notice. pak Dion lelaki setia garis keras.” Balas Mila. Wanita itu menggeser kurus miliknya, mendekat ke arah Nadia. “Nyesel, kenapa nggak ajak dia selingkuh sebelum dia dipindahkan.” Mila langsung menoleh, “Bukannya Lo paling anti selingkuh, kenapa sekarang Lo yang ngebet mau selingkuh.” “Stok lelaki baik semakin menipis, dan gue harus cari kemana lagi lelaki modelan begitu.” Mila menganggukkan kepalanya, “Lo aja yang standarnya ketinggian, Nad. Coba kalau diturunin dikit aja. Pasti Lo cepet laku,” “Tapi gue lebih tertarik sama suami orang,” Nadia menghabiskan kopi miliknya. “Lo kenapa sih? Makan apa tadi? Pasti makan omelan ibu kos lagi.” “Omelan ibu kos nggak ada apa-apanya dibanding omelan Pak Arik.” balas Nadia dengan nada suara lemah. “Lo masih kepikiran kata-kata bis ganteng itu?” “Ganteng bungkusnya aja, dalamnya nol besar!” Balas Nadia “Dalamnya nol besar? Maksudnya Mr.P nya nggak idup?” Tiba-tiba Hasan ikut bergabung. “Beneran Pak Arik barangnya nggak idup?” Hasan semakin penasaran. Nadia menatap jengah ke arah Hasan, “Lelaki kalau merasa tersaingi gitu ya? Yang dicari celah kelemahannya mulu.” Sindir Nadia. “Siapa juga yang merasa tersaingi, gue dan Pak Arik jelas levelnya beda.” “Beda lah!” Mila tidak mau kalah. “Level karyawan dan Bos besar yang punya segudang uang nggak pantas disandingkan sama karyawan yang gajinya masuk tanggal satu dan tanggal dua udah cari pinjeman sana-sini. Lo harus cari lawan yang sebanding, San.” Hasan berdecak kesal, sementara Nadia hanya terkekeh, merasa terwakilkan oleh Mila. Keributan yang terjadi pagi ini sedikit menghibur Nadia, pasalnya ia hanya tidur dua jam untuk mengerjakan proyek cadangan yang diperintahkan Arik. Tapi usaha tidak akan mengkhianati hasil, Nadia merasa sangat percaya diri dengan hasil pekerjaannya. Bisa dipastikan Arik tidak akan bisa mencari celah kekalahannya lagi, yang ada lelaki itu akan mengakui keterampilannya. “Nadia,” terdengar suara Arik memanggil Nadia. Lelaki itu sudah berdiri di depan pintu ruangannya. “Sebentar lagi kita berangkat, siapkan semuanya jangan sampai ada kesalahan.” Ucapannya seolah Nadia adalah anak magang yang masih amatiran, tapi ia tidak menunjukan wajah kesal. Seperti biasa, ia akan tersenyum ramah dan menganggukkan kepalanya. “Baik, Pak.” Tidak lupa Nadia pun sudah menyiapkan sesuatu untuk bos angkuhnya itu. Nadia sudah merencanakan sesuatu pembalasan yang sangat halus dan tepat sasaran. “Gue mencium sesuatu yang mencurigakan disini.” Mila mengendus, seolah mencium bau yang sangat menyengat. “Lo nggak berniat balas dendam kan, Nad?” Mata Mila menyipit. “Balas dendam apa? Emangnya dia pernah salah apa sama gue?” Nadia menyibak rambut, wajahnya yang semula sayu akibat kurang tidur tiba-tiba kembali segar. “Gimana penampilan gue hari ini? Gue merasa cantik sih!” Nadia mengusap wajah dengan kedua tangannya. Penampilannya tidak ada yang berubah, masih sama seperti biasanya. “Nad, Lo jangan nekat deh!” Mila memperingati. “Lo tahu sendiri bagaimana sifat bos baru kita. Dia lebih mirip diktator, Lo jangan macam-macam. Gimana kalau Lo dipecat? Siapa yang mau bayar cicilan mobil Nendra?” Tiba-tiba terdengar gelak tawa Hasan, yang membuat kesenangan Nadia hilang seketika. “Kita belum tahu bagaimana sifat asli si Bos, gimana kalau dia nggak sebaik Pak Albert atau Pak Dion..Lo nggak mau kan didatangi rentenir gara-gara nggak bayar cicilan mobil. Mana masih lama pula, gue kasihan sama Lo, Nad. Jangan nekat.” Nadia menoyor kepala Mila hingga wanita itu meringis kesakitan. “Apaan sih?! Imajinasi Lo kejauhan! Siapa yang mau balas dendam.. satu-satunya orang yang harus dan wajib mendapatkan balas dendam dari gue cuman di Nendra.” Nadia tahu kemungkinan yang akan terjadi saat ia berhasil mengerjai Bos angkuhnya itu, tapi kemungkinan sampai dipecat rasanya terlalu berlebihan. Mungkin hanya sebatas dimarahi, hanya itu. Nadia sudah merencanakan pembalasannya dengan sangat baik, lagi pula ia akan bermain cantik dan akan sangat mulus. Sebelum Mila terlalu jauh berimajinasi, Nadia sudah terlebih dulu dipanggil oleh Arik. “Mana mobil kamu? Kita pakai satu mobil saja, lebih hemat waktu. Lagipula setelah bertemu klien, kita masih harus kembali kesini bukan?” Ucapnya saat keduanya sampai di area parkir khusus karyawan. “Saya nggak punya mobil.” Balas Nadia. Kening Arik seketika mengerut, seolah mobil adalah barang yang harus dimiliki setiap orang dan saat Nadia mengatakan ia tidak memilikinya, tatapan tidak percaya itu langsung terlihat di wajah Arik. “Sudah berapa lama kamu kerja disini dan kamu tidak punya mobil pribadi?” Pertanyaan berunsur menghina itu keluar begitu saja dari bibir lelaki itu, dimana Nadia ingin sekali mengumpat saat itu juga. Tapi Nadia masih tetap bersabar, “tenang, Nad. Sabar.” Batinnya. “Saya nggak harus jelaskan kebutuhan saya kan, nanti Pak Arik terkejut.” Balas Nadia. Arik masih terlihat kesal, sambil memberikan kunci mobilnya. “Kamu yang nyetir.” “Baik, Pak.” Mobil milik lelaki itu jelas bukan mobil murahan seperti mobil yang dibelinya untuk Nendra. Dari segi kualitas dan harga jauh berbeda tapi Nadia cukup terampil mengemudi, Meksi Arik terlihat was-was. “Nggak akan lecet, Pak.” Nadia tahu tatapan khawatir itu, bisa dibayangkan jika Nadia membuat mobil mewah itu tergores. Bisa dipastikan gajinya akan dipotong selama berbulan-bulan untuk membiayai kerusakan yang dilakukannya. Tapi Nadia berhasil mengemudi dengan baik hingga keduanya sampai di lokasi tujuan. “Saya nggak pernah mengizinkan orang lain menyentuh mobil saya, kamu orang pertama yang melakukannya.” “Wah, saya sangat tersanjung, Pak.” Entah pujian atau bentuk kekesalan yang dirasakan lelaki itu sebab untuk pertama kalinya seseorang mengambil alih kemudi, mobil kesayangannya. “Kamu sudah menyiapkan keperluan presentasi, kan?” Arik membuka percakapan, saat keduanya memasuki area gedung dimana klien sudah menunggu terlebih dulu. “Saya nggak mau klien sampai kecewa gara-gara kecerobohan kamu.” Lagi-lagi dia membuat Nadia terlihat amatir. “Saya sudah menyiapkannya dengan sangat sempurna, Pak.” “Bagus.” Tapi Nadia justru sudah menyiapkan drama lain. Nadia menyeringai puas, saat mempersilahkan Arik berjalan terlebih dulu di depannya. Nadia tidak sabar, ingin melihat bagaimana reaksi Arik saat ia berhasil menyulap pekerjaan sampah menjadi sebuah mahakarya yang akan disanjung oleh klien.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN