“Saya mau pulang,” Nadia merasa tidak nyaman berada di apartemen lelaki itu setelah apa yang terjadi pada mereka berdua semalam. Ya, Nadia tidak bisa mengingkarinya lagi saat pagi hari datang dan kedua matanya terbuka ia menemukan banyak fakta yang membenarkan bahwa mereka telah melakukannya semalam. Bahkan nyeri di area sensitifnya pun masih terasa. “Saya antar.” Arik bergegas mengambil kunci mobil di dekat meja, “Ayo, saya antar pulang.” Ajaknya. “Saya bisa pulang sendiri, Pak.” Untuk saat ini, Nadia tidak ingin terlibat apapun dengan lelaki itu. Ia harus menjernihkan pikirannya, sebelum kembali dibantu kenyataan lain yang mungkin akan datang selang beberapa Minggu kedepan. “Nadia,” “Saya mau pulang sendiri, pak. Hanya sendiri, Pak Arik nggak usah ikut.” Lanjutnya. “Kenapa? K