.
Mendengar perkataan Zayn yang memberikan pilihan pada Fiola, membuat mata gadis itu mengerjap.
Lalu ia menatap ke arah Zayn yang masih setia menunggu jawaban darinya.
"Aku harus memilih?" tanyanya ragu. Susah payah ia telan salivanya.
"Yup." Raut wajah Zayn penuh kepuasan. Semua pilihan menguntungkan dirinya bukan? Jangan salahkan Zayn yang pintar mencari celah. Tidak dalam bisnis tidak juga dalam asmara.
"Dan cuma ada dua pilihan?"
Alis Fiola menukik. Curang.
"Betul sekali." Zayn mengangguk pasti.
"Gak ada pilihan ketiga?"
Barangkali Zayn melupakan pilihan ke tiga. Karena Fiola merasa ada niat terselubung dari lelaki ini, sekalipun ia memilih nomor satu.
Mata Zayn melirik ke arah atas sebentar, lalu kembali turun ke arah mata Fiola dengan jenaka.
"Sayangnya saat ini hanya ad
