Mahesa sedikit membuka bibirnya, sementara Iwa masih diam di posisi semula. Iwa teringat oanggilan batu yang Syafa buat untuknya, pelakor cilik. Iwa merasa kejadian ini semakin membenarkan perkataan Syafa kepadanya. Iwa mendorong keras tubuh Mahesa. PLAK! Iwa memukuk keras pipi Mahesa. “Pergi, atau aku akan teriak!” Ucap Iwa dengan suara bergetar. “Wa, di selang infusmu ada darah..” Mahesa melihat selang infus yang awalnya bening, kini dipenuhi cairan berwarna merah. “Pergi aku bilang! Tolong. Pergi.” Iwa menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. “I-iya. Baik, Wa. Baik..” Mahesa menenangkan Iwa. Mahesa memundurkan diri lalu beranjak keluar ruangan. Di luar ruangan, Mahesa berlari ke ruangan perawat, memanggil salah satu diantara mereka dan meminta untuk membantu membenah