Iwa menatap ke luar jendela. Mobil Mahes melaju menjauh dari rumah Henrawan. Mahes sesekali memalingkan wajahnya ke arah Iwa. “Kenapa, Wa?” tanya Mahesa lembut. Iwa masih diam, tatapan wajah Iwa masih sayu menatap ke luar jendela. “Bang. Apa Abang bahagia?” tanya Iwa menengokkan wajahnya ke arah Mahes yang sedang mengendalikan mobil, “Tentu saja! Sangat!” Mahesa menjawab penuh semangat. Iwa kembali terdiam. Setelah menjawab pertanyaan Hendrawan tadi, Iwa merasa bimbang. Ia merasa bersalah, karena jawaban Iwa sebenarnya karena ia takut Hendrawan akan memintanya kembali untuk hidup bersamanya. Iwa tidak mau hidup dalam rasa takut setiap malam. Tapi, Mahesa menangkap itu sebagai sebuah rasa menerima sepenuhnya. Padahal, tidak. “Kamu tidak begitu, Wa?” tanya Mahesa pelan. Iwa terdiam. Ia m