Mahesa meletakkan ponselnya ke dalam saku, sejak semalam Syafa sudah menghubunginya lebih dari tiga puluh kali. Rekor terbanyak ia menghubungi Mahesa. Syafa sudah terlambat, Mahesa tidak lagi terlalu antusias merespon panggilan suara darinya. Masa dimana dirinya begitu diperbudak oleh status dirinya sebagai suami Syafa yang harus membimbing Syafa menjadi istri yang berbakti sudah lewat. Mahesa merasa lelah sendiri. Mahesa seperti dihadapkan pada makanan hambar tanpa rasa, namun ia harus tetap memakannya karena hanya ada itu pilihannya. Itu dulu. Saat diaman Mahesa merasa ia adalah milik Syafa, begitu juga sebaliknya. Namun sekarang, setelah Mahesa memutuskan untuk memilih Iwa menjadi istri keduanya, Mahesa merubah haluan. Ia tidak lagi fokus kepada Syafa yang masih sama, masih sibuk dan se