Part 6

1880 Kata
Sudah beberapa hari ini aku mengacuhkan Olan. Semua usaha nya untuk menghubungiku selalu kuabaikan. Dalam sehari ini saja, sudah ada 23 panggilan yang tidak ku jawab. Tentunya dari caller ID yang sama, Olan Bakpao. Pekerjaan di kantor hari ini tidak terlalu merepotkan. Aku bisa pulang lebih awal dari biasanya. Jam 04.30 sore aku sudah sampai di rumah.  Empuknya sofa seperti memanggil-manggil untuk diduduki. Iseng menunggu mandi, kunyalakan televisi. Aku terus mengganti saluran tv karena memang tidak tahu ingin menonton apa, hingga akhirnya berhenti di sebuah saluran TV swasta yang menayangkan acara gosip selebritis. Beritanya masih sama, tentang kasus perceraian seorang penyanyi sekaligus aktor terkenal. Tadi aku sempat melihatnya sekilas di kantin. Di layar TV, ditunjukkan tentang kisah percintaan mereka yang sebelumnya tampak sangat harmonis. Pesta pernikahan yang megah, foto-foto mereka ketika berbulan madu, dan terakhir beberapa foto anaknya yang katanya berusia 4 tahun. Lucu sekali baby nya, pipinya gembul menggemaskan seperti Olan kecil dulu. Huh...Olan lagi!!! Efek hati dan pikiran yang jarang sinkron. Tak lama kemudian, tayangan tadi berganti dengan wajah seorang ibu yang menangis tersedu-sedu. Si ibu berkata "Saya sangat sedih setelah mendengar kabar ini, sebagai orang tua tentunya saya menginginkan yang terbaik bagi anak saya. Tapi mau bagaimana lagi, mungkin ini lah takdirnya. Anak saya harus bercerai dengan suaminya. Kondisinya sekarang juga masih belum terlalu baik. Walau bagaimanapun, dia sendiri juga tertekan dengan masalah ini. Banyak masyarakat yang menyalahkan dia dan menuduh dia berselingkuh. Tapi, saya sebagai ibu akan tetap percaya sama dia. Saya tahu siapa dan bagaimana anak saya, jadi apapun yang orang katakan tentang dia, saya tidak terlalu peduli. Saya hanya berharap yang terbaik bagi anak saya dan putranya". Berita perceraian tadi kemudian berganti dengan info tentang peluncuran buku terbaru karya seorang penulis ternama Inggris. Biasanya aku suka melihat info yang seperti ini. Tapi aku masih penasaran dengan perceraian artis tadi. Saluran TV kembali aku ganti, dan ternyata beritanya ada lagi di acara gosip lainnya. Kalau ketahuan Sakina bisa diejek mati-matian nih. Seorang Sabrina Narandhita yang anti acara gosip tiba-tiba penasaran dengan berita perceraian seorang artis. Kali ini tampak seorang wanita berkacamata keluar dari mobil dan langsung dikerumuni wartawan. Berbagai macam alat rekam dan kamera diarahkan kepadanya. Keningnya sedikit mengernyit tak nyaman, kurasa karena kilauan lampu kamera. Dia tidak sendiri, digendongannya ada seorang balita lucu yang tampak ketakutan. Ya...aku ingat, dia anak yang ada di foto tadi, yang pipinya mirip Olan. Kasian sekali dia, raut mukanya seperti menahan tangis. Dalam hatiku bergumam, jadi ini istri artis itu, yang katanya berselingkuh. Wajahnya benar-benar tak meyakinkan kalau dia tipe tukang selingkuh. Wanita itu hanya tersenyum, dan menanggapi singkat pertanyaan para pemburu berita yang bertanya. "Saya sangat berterimakasih kepada rekan media yang masih peduli dengan kehidupan saya dan mas Rengga. Tapi sungguh, saya mohon jangan libatkan keluarga saya. Mereka sudah cukup terkejut dengan kabar ini." Aku jadi membayangkan bagaimana kalau hal ini terjadi padaku? Olan kan aktor yang sedang naik daun. Setiap hal yang aku lakukan akan menjadi sorotan media dan diketahui banyak orang. Bagaimana kalau ada hal buruk yang tidak sengaja aku lakukan? Bagaimana nasib ayah, ibu dan Sakina kalau terus-terusan diburu wartawan seperti yang dikatakan wanita tadi. Ayah dan ibu pasti malu. Sakina juga pasti akan dipandang sinis oleh teman-temannya. Oh...Tuhan, jangan sampai terjadi! "Ya ampun...kak Sabi nonton acara gosip sampe ga dengar gue ngucapin salam!" perkataan Sakina yang nyaris mirip teriakan menghentikan lamunanku, sontak aku menoleh ke arahnya. "Waalaikumsalam." jawabku "Katanya ga suka nonton berita kawin cerainya selebritis, tapi tadi ada yang fokus banget nontonnya sampe ga berkedip." sambung Sakina sambil ikut duduk di sebelahku. "Apaan...gue tuh kasian aja sama istrinya, kayaknya ga ada tampang selingkuh deh, mukanya kalem gitu" "Iya sih...fans nya si Rengga tuh yang paling getol ngumbar gosip di sosmed kalau mereka cerai gara-gara istrinya selingkuh." "Apalagi nih yaa...keluarga istrinya juga ikut-ikutan dikejar wartawan, kan kasian privasi orang jadi terganggu. Gue tuh tadi membayangkan kalau itu terjadi sama kalian." "Maksudnya?" tanya Sakina dengan raut muka bingung "Ya gitu...seandainya itu terjadi sama gue, hem...maksud gue Olan kan artis yg lumayan terkenal. Nah seandainya terjadi sesuatu dalam pernikahan gue dan Olan, berarti nanti ayah, ibu dan kamu bakalan terganggu. Kalian juga pasti malu kan?" jelasku Bukannya menanggapi perkataanku, adikku malah senyum-senyum sendiri sambil menatap lurus ke arahku. "Apaan sih Kin?" tanyaku sebal "Jadi lo terima lamaran calon kakak ipar ganteng gue?" "Hah...???" aku pun melongo, baru sadar dengan apa yang ku katakan tadi. "Ibuuuu....ayah......!!! Kak Sabi minta dinikahin sama bang Dennis, hahaha!" Aku mengejar Sakina yang berlari mengelilingi rumah sambil terus berteriak tentang aku dan Olan. Awas kau Kin kin jelek! ------------------------------------ Berita perceraian artis tadi masih belum bisa keluar dari kepalaku. Setelah Sakina membully ku habis-habisan di meja makan dan ternyata mendapat bantuan dari ibu bahkan ayah, aku hanya bisa diam dan menahan emosi untuk tidak melahap adikku itu sebagai santapan makan malam. Kini aku kembali tenggelam dalam khayalan konyolku sore tadi, hingga dering handphone yang berhasil menghentikan semuanya. Kuperhatikan caller ID nya, ternyata Olan lagi. Aku mendesah pasrah, sepertinya keinginan hati untuk mendengar suara Olan lebih besar daripada perintah otakku untuk kembali mengacuhkan orang itu. "Hallo...." sapaku singkat "Hallo....akhirnya panggilan ke 31 ku kamu jawab Bi." "Hem...aku agak sibuk, makanya ga sempat ngangkat telepon kamu." jawabku dengan alasan yang sangat-sangat klise "Ooo...aku kira calon istriku lagi ngambek, hampir aja tadi aku mau pulang ke Jakarta, terus membatalkan semua pekerjaan aku demi minta maaf langsung ke kamu. Tapi si Jemi, manager aku yang bujuk supaya aku ke jakarta nya nanti aja setelah pekerjaan selesai." jelasnya Bibirku tertarik membentuk sebuah senyuman, tidak menyangka Olan ternyata sebegitu gelisahnya. "Tadinya emang mau ngambek, tapi kasian fans kamu kalau idola nya jadi galau dan ga fokus kerja. Bisa digebukin aku nantinya." "Haha....fans aku baik-baik kok. Nanti kalau aku pulang. Kita foto bareng, trus di upload di i********: aku, biar mereka kenal sama kamu." "Tapi..." "Aku sadar kalau aku salah kemarin Bi, ga seharusnya aku ngomong gitu ke kamu. Aku ga mikirin gimana perasaan kamu. Maafin aku ya Bi, setelah ini aku ga bakalan sembunyi-sembunyi lagi dari media. Benar kata kamu, banyak kok teman artis yang mengekspose kehidupan mereka ke media tapi tetap bisa menikmatinya dengan bahagia. "Jangan Lan....jangan kenalin aku ke siapapun!" "Lho....kenapa?bukannya kemarin kamu..." "Iya...tapi sekarang aku berubah pikiran. Cukup orang terdekat kita aja yang tahu. Aku ga mau kalau nanti kita cerai, terus seluruh Indonesia tahu dan aku dikejar-kejar sama wartawan sambil gendong anak kita yang hampir nangis ketakutan karena dikerumuni banyak orang." "Hahahahahaha......." "Kok malah ketawa?aku serius!" "Iya...iya...khayalan kamu tu ada-ada aja. Lagian jangan ngomong sembarangan Sabrina ku sayang!karena  ga akan ada perceraian dalam kamus kita." Mendengarnya memanggilku sabrina sayang, tak urung membuatku kembali tersenyum. "Ehem....berarti, lamaran aku diterima nih? Alhamdulillah....!" "Eh...siapa yang bilang aku terima lamaran kamu?" tanyaku sambil guling-guling tak jelas di atas kasur. "Yakin ga mau terima? Padahal tadi udah ngebayangin kehidupan pernikahan sama aku. Kalau kamu nolak aku, aku bakal umumkan di semua media sosial aku, kalau seorang perempuan bernama Sabrina Narandhita suka mengintil ke manapun aku pergi, dan memaksa menjadi pacarku! Aku yakin setelah itu kamu akan jadi incaran wartawan dan semua fans ku." Semua perkataan Olan membuatku meringis. Mengerikan jika hal itu benar-benar terjadi. Fans fanatik bisa melakukan hal-hal gila demi idolanya. Bisa saja aku dilempari telur, tomat atau bahkan mendapat teror tikus mati dan bom seperti di film-film. "Bi...." tegur Olan di ujung sana "Jangan Lan...please jangan! Iya aku mau nikah sama kamu." Satu detik.... Dua detik.... Tiga detik.... "Alhamdulillah.......akhirnya Jemiiiii, pacar dua puluh tahun gue mau diajak nikah!" Aku sedikit menjauhkan handphone, teriakan Olan cukup memekakkan telinga. Sepertinya dia sedang bersama managernya. Sambungan udara kami belum terputus, Olan masih berbicara dengan Jemi sambil tertawa, sedangkan aku kembali berguling-guling tak jelas sambil sesekali mengangkat kaki ke atas dan memainkannya dengan gemas. Terus tersenyum dan nyaris cekikikan layaknya remaja yang jatuh cinta untuk pertama kalinya. Keputusan besar telah ku ambil malam ini. Melabuhkan cinta terakhir pada cinta pertamaku, Dennis Orlando Hariatmadja. ---------------------------------- The day.... 17 Agustus 2015 "Saya terima nikahnya Sabrina Narandhita binti Narata Wijaya dengan mas kawin tersebut dibayar tunai" "Sah..." "Sah..." "Sah..." "Sah..." Suara tegasnya terdengar hingga ke kamar, terucapnya kalimat sakral tadi resmi menjadikan aku sebagai isteri seorang Dennis Orlando yang sah di mata agama. "Selamat ya kak..." Sakina memeluku erat. Aku tahu dia menangis. Kin kin ku yang lucu. Kami berdua sama-sama tersenyum. Lebih dari dua puluh tahun kami hidup bersama, dan apa yang terjadi hari ini, mau tidak mau akan membuat sedikit jarak di antara kami. Dia menggiringku ke luar kamar. Tidak banyak orang yang hadir dalam acara ini. Seperti yang sudah disepakati, hari bahagia ini hanya disaksikan oleh orang-orang terdekat kami saja. Keluarga dari pihak ayah dan ibu serta beberapa keluarga dan sahabat dekat Olan termasuk Jemi yang hadir. Aku sengaja tidak mengundang teman-teman kantorku, bisa bahaya kalau kabar ini sampai terdengar di telinga mereka. Hanya Dinar sahabatku sejak SMA yang kini menetap di Pontianak yang aku beritahu, tapi sayang dia tidak bisa datang hari ini karena sedang hamil besar dan tidak boleh naik pesawat. Aku duduk di sebelah pria yang kini berstatus suamiku. Dengan beskap putih gading, dia terlihat lebih tampan dari biasanya. Jantungku berdegup. Kucium tangannya dengan khidmat sebagai bentuk penghormatan pertama ku sebagai istri. Dengan lembut dia balas mencium keningku cukup lama hingga mendapat deheman dari penghulu. "Sabar bro!" celetuk salah seorang teman Olan yang belum kuketahui namanya. Sontak seisi ruangan pun tertawa. Olan hanya menanggapi nya sambil nyengir, sedangkan aku lumayan merasa malu karena ulah suamiku, eh..suami? Hehe... Setelahnya kami melakukan serangkaian proses pernikahan seperti biasanya agar pernikahan ini tidak hanya legal di mata agama tapi  juga legal di mata hukum. Dua buah buku berisi foto kami berdua pun sudah kami tanda tangani. Walaupun hanya acara sederhana, tapi ibu dan mama Rieke tetap mempersiapkan detail pernikahan ini sesempurna mungkin. Dekorasi minimalis yang sangat cantik ini buktinya. Acara kami dilanjutkan dengan sesi kumpul-kumpul keluarga yang diadakan di taman belakang rumah. Taman ini sudah disulap menjadi tempat yang sangat indah. Nuansa serba putih tampak mendominasi. Aku dan Olan berdiri di pelaminan kecil yang dipenuhi bunga-bunga putih di setiap sudutnya. Olan menggenggam tanganku. Dan dari tadi tadi pandangannya tak pernah lepas dari wajahku. Aku sampai malu sendiri dibuatnya "Kamu cantik...." "Ini sudah ke seratus kalinya kamu bilang gitu." kataku sedikit cemberut menahan malu "Apalagi kalau pipinya jadi merah gitu." lanjutnya sambil mencuri sebuah ciuman di pipiku Dia benar-benar ingin menjadikanku seperti es krim. Terus meleleh dan lumer. "Eits...mentang-mentang udah halal, dia main nyosor aja bro." kata Valdi sambil menyikut lengan Jemi. Valdi, Drew dan Jemi, sahabat Olan yang dia kenalkan tadi padaku kini berada di depan kami. Mereka memberikan ucapan selamat kepada kami. Ketika giliran Drew yang menyalamiku, dia membisikkan sesuatu di telingaku. Bukan bisikan sebenarnya, karena yang lain juga ikut mendengarnya. "Ntar malam hati-hati aja sama Dennis, dia udah puasa lama banget. Jadi bakalan sedikit beringas!" katanya di telingaku "Sialan lo playboy kacangan, jangan racuni otak istri gue sama omongan ga bener lo!" "Haha....iya Sabrina, hati-hati! Dennis udah semedi puluhan tahun, jadi dia punya kekuatan yang luar biasa." timpal Valdi "Slow down ya bro...jangan main hantam aja, hahaha!" sambung Drew Mereka terus tertawa sambil membalas satu sama lain. Aku juga tertawa. Bahagia karena melihat banyak tawa hari ini. Semoga tawa kami tak berhenti sampai di sini. Awal yang indah ini akan menjadi pengantar cerita bahagia kami selanjutnya. Ceritaku bersama Olan, suamiku.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN