Perempuan-Perempuan Penjagal Manusia

1227 Kata
Anggrek Wulandari, 23 tahun yang berhasil dikembalikan pada keluarga merupakan penulis viral yang melejit berkas tulisannya terkait sosok Afriz Artanabil. Ia membuat tulisan kontroversi mengenai sang seniman dengan  mengatakan jika pria muda tersebut memiliki gangguan kepribadian, berpura-pura baik demi pencitraan semata. Sempat diserang oleh fans garis keras pelukis ternama tersebut, sehingga ia dirundung, dan terkena teguran keras dari admin grup. Anggrek dianggap menulis ujaran kebencian, memprovokasi anggota lain untuk mengutuk Afriz sehingga terancam tuntutan pencemaran nama baik dan ITE. Namun, kasus tersebut lenyap seiring dengan berita menghebohkan lainnya, tenggelam bersama hal-hal yang kala itu juga cukup mengejutkan Jagat Maya. Nama sang penulis pun meredup, tidak lagi mendapatkan respon positif karena dianggap kuman literasi. Namanya hampir tak terdengar satu bulan terakhir hingga kabar kematian menggemparkan jagat maya, serupa dengan nama Siti Nur Faize. Ia melakukan aktivitas penuh sensasi, memberikan pendapat terkait sosok Jev Indra. Menulis detail kelemahan serta kekurangan pria itu, bahkan menyiratkan hal busuk tentangnya. Tak heran jika dia pun dihabisi secara brutal, dimutilasi seolah daging ayam atau sapi. Jelas sekali jika dilakukan oleh ahli. Sebab, sangat rapi cara pemotongannya. Kemudian, Lara Satri Wahyuda. Pemilik ponsel yang memang berada di lokasi penjagalan, ia sempat melakukan siaran langsung sembari memberikan review terkait tulisan Iqtibar Maulana. Di sana bahasa yang ia gunakan hanya untuk mengolok-olok sang pemilik grup, karena merasa tidak adil dikeluarkan lantaran mengirim tulisan vulgar. Terintimidasi oleh para penggemar sang owner. Perbuatan mereka dianggap fatal oleh para penggemar fanatik ketiga pria tersebut, sehingga merasa layak untuk dihabisi. Dilihat dari lokasi pembantaian, memang para pelaku begitu sadis. Terbilang sangat kejam mengingat mereka adalah perempuan, rupanya dendam menjadikan makhluk lemah menjadi sangat kuat. Siti Barokah begitu mengagumi sosok Jev Indra, ia bahkan selalu meninggalkan jejak di kolom komentar laki-laki itu. Memberikan stiker berbentuk hati, tak sedikit menciptakan artikel yang menjadikan sang idola sebagai objek terbaik. Bahkan, hampir semua puisi diberikan untuk lelaki tersebut. Desi Afriani pun sering terlihat di status-status Afriz Artanabil, bersikap layaknya bucin akut. Selalu mengikuti setiap media sosial sang seniman, lalu membuat beberapa tulisan terkait sang idola. Tentu akan banyak sekali jejak digital ditemukan terkait pria cantik tersebut. Serupa dengan dua lainnya, Violeta Miea tampak selalu mengekor di setiap postingan Iqtibar Maulana. Dia bahkan sering mendukung segala kegiatan pemilik grup, menjadi donatur sampai membiayai acara-acara besar yang diadakan KPO. Jelas sekali, sosok perempuan sati ini memang lading uang karena ternyata merupakan putri yang disembunyikan oleh kalangan kaya. Mereka bertiga kompak memberikan kepala para pembenci pada idola masing-masing sebagai bukti bahwa keberadaan masing-masing gadis tersebut ada, selalu siap untuk melalukan apa pun demi para idola. Salah satu aksi paling gila yang dilakukan penggemar, aliran garis keras yang memang meresahkan. Para pakar menyebut gangguan mental. Tindakan ekstrem penggemar atau fans terhadap idola memang bisa berujung fatal. Secara umum, sikap fanatisme berlebihan atau ekstrem yang ditunjukkan penggemar bisa dikategorikan gangguan psikologis atau mental atau kejiwaan. Terlebih jika sanga idola menjadi korban kejahatan si penggemar. Biasanya, tindakan ekstrem dilakukan karena mempunyai rasa suka yang begitu besar. Hingga akhirnya seperti ingin memiliki. Ketika sang idola tidak memberikan respons sesuai yang diharapkan dapat menimbulkan rasa marah, cemburu, hingga dendam. Namun, pada kasus kali ini, mereka menyerang para pembenci. Namun, sikap suka yang berlebihan pada sang idola biasanya dimulai dari hal-hal kecil. Baru berkembang menjadi lebih ekstrem jika tindakannya diabaikan oleh yang bersangkutan. Merasa kesal hanya karena tidak dipedulikan, apa lagi sampai melihat orang lain berkata buruk tentang sosok yang dipuja. Satu kewajaran jika mereka bertingkah bar-bar. Beberapa kasus yang berujung tragis seperti penembakan, itu karena rasa memiliki yang begitu besar. Tapi karena si fans tidak bisa memiliki, maka lebih baik ditiadakan saja. Hanya saja, tiga tersangka lebih memilih membunuh gangguan-gangguan kecil yang merusak citra sang idola. Menjadi penggemar dari salah satu publik figur merupakan hal yang sah-sah saja, menyukai setiap pesona serta bakat luar biasa pada diri mereka. Namun, akan menjadi satu masalah besar jika terlalu berlebihan, beranggapan mereka adalah segalanya yang wajib diprioritaskan. Terlebih, tidak boleh ada hal buruk menimpanya sehingga sang penggemar merasa bertanggung jawab menuntaskan maslah tersebut. Fanatisme bisa masuk dalam kategori menyimpang ketika sudah menyebabkan celaka. Tergila-gila sampai memuja merupakan tanda kejiwaan terganggu, begitulah yang menimpa para tersangka. Mereka merasa memiliki para lelaki itu. Tiga wanita itu tidak hanya mengidolakan secara wajar, tetapi merasa kehidupan terikat pada sosok yang dipuja. Fanatisme ini pun mampu menjelma menjadi obsesi berlebih, menuntut sang penggemar menyerupai panutannya. Tidak sampai di sana saja, mereka beranggapan memiliki hubungan erotis sehingga mengklaim hak kepemilikan penuh atas orang yang dikagumi. Adrian merasa tak habis pikir atas ulah mereka, menganggap orang lain sebagai karakter paling mengagumkan sehingga layak dijadikan idola. Mendukung setiap tindakan, tak peduli salah. Berupaya untuk terlihat dan dianggap keberadaannya, lalu melakukan pembunuhan serentak. Aroma busuk masih cukup kuat, karena beberapa organ bagian dalam masih tersisa. Tidak sepenuhnya terbakar. Rupanya mereka melakukan aksi gila, membakar lambung dan yang lainnya. Pantas jika tak ditemukan di lokasi serupa. Apa yang sebenarnya ada dalam otak orang-orang itu? Bertingkah kriminal tanpa takut hukum, melakukannya seolah dunia ini hanya tempat bermain-main yang menyenangkan. Tidak menghargai nyawa manusia lainnya. Jika mereka berhak hidup, bukankah setiap makhluk memiliki keinginan sama? Pemeriksaan ulang dilakukan oleh tim forensik, menyeluruh setelah ruangan berhasil dibuka oleh Dirly. Berada di bawah tanah, tertutup rumput-rumput yang menghijau. Tak terlihat jika di dalamnya terkubur perbuatan terkutuk. Tindak kriminal mengerikan. Beberapa orang menyalami Adrian, memberikan selamat atas pencapaian tersebut. Akhirnya misteri terpecahkan, tetapi masalah rumit baru akan timbul. Sebab, media telah menyebit nama Jaka Permana sebagai pemilik rumah mewah itu. Ditambah lagi dengan menyinggung nama salah satu pelaku sebagai putri rahasia sang Miliuner. Ada kelegaan dalam diri polisi tampan tersebut, nama Violet digadang-gadang sebagai putri dari wanita simpanan dari saudara kandung sang jenderal. Awak media pun menyebut keluarga Oktavano setiap kali menayangkan berita, cukup bagus untuk mengusik Demon dan ayahnya. Mereka tentu mengambil peran penting dalam kasus ini. Bell mengatakan jika Nirmala atau Daisy mampu menggerakkan naluri binatang dalam diri Demon, laki-laki itu pasti lebih bisa menggiring banyak orang bertindak bodoh. Wanita itu memang tak mengenal ketiga pelaku, tetapi sangat yakin akan peran penting pembunuh 10 wanita sebelumnya ada di balik kasus terakhir. Mengalihkan Adrian, itulah tujuan utama. Jika kali ini sang polisi gagal memecahkan kasus, ayah sang Demon akan dengan mudah menyingkirkannya. Melepas jabatan Adrian dengan alasan tak masuk akal, lalu misteri pembunuhan yang dilakukan Demon akan terabaikan begitu saja. Tidak ada aparat lain di kepolisian yang berani bertindak nekat, mereka masih sayang pada seragam masing-masing. “Setelah kasus ini usai, pikirkan apa yang akan kamu lakukan pada tubuh ini. Noi pergi pasti karena sudah tahu jika dirinya adalah dalang dari aksi brutal Demon, kemungkinan kembali sangat kecil. Pikirkan baik-baik, jangan gegabah. Jadilah polisi keren dengan tingkat profesional tertinggi, jujur dan amanah.” Begitulah Bell mengingatkan, memaksa pria itu bersandar pada dinding. Masih dalam kondisi bingung, mengabaikan saja atau melakukan tindakan tepat. Jika dia bertingkah seperti sang jenderal dan kedua orang tua Noi, wanita itu tetap akan terkungkung dalam kesesatan. Akan semakin besar peluang membuatnya menjadi seorang kriminal. Namun, jika harus mengatakan pada dunia tentang jati diri Noi sesungguhnya, Adrian belum sanggup. Wanita itu mengalami siksaan batin sejak masih kecil, adanya identitas lain menunjukkan jika dirinya bukan sengaja menjadi jahat. Keadaan memaksa bertindak sejauh itu. Apa yang mendasari Nirmala atau Daisy bertingkah sadis? Menghabisi nyawa orang lain bukan tindakan sederhana yang mampu diterima baik oleh akal, selalu ada penolakan keras terkait aksi tersebut. Adrian harus menemukan alasannya, segera! ***  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN