Bantuan Dirly

1136 Kata
“Kamu baik-baik saja?” tanya Adrian mendekat pada jeruji besi, memperhatikan lembut wajah sang kekasih. Wanita itu mengangguk penuh kerinduan, menggapai wajah polisi tampan tersebut. Keduanya melempar tatap penuh cinta, jelas menunjukkan kesungguhan hati masing-masing. Adrian sampai tak tega melihatnya, tetapi memang arus melakukan aksi tersebut guna kebaikan semua orang. Dirly merasa bersalah, memisahkan dua orang yang saling mencintai. Jika saja bukan karena karakter aneh dari sosok Debora, tentu akan dibiarkan bergerak bebas seperti biasa. Namun, mereka belum memecahkan trik pelaku dalam memulai satu kasus. Bisa saja Debora memerintahkan melalui ponsel, tetapi Adrian telah memeriksa gawai sang kekasih. Ia tidak menemukan apa pun, tak ada hal mencurigakan. Setiap nomor diperiksa, nama aneh nan asing belum ditemukan. Kemungkinan ada ponsel lain, tetapi belum ditemukan keberadaannya. Jika bukan handphone, bagaimana cara mereka terhubung? Mustahil menggunakan telepati. Wajahnya tampak sedikit tirus, kurang tidur atau karena tempat dingin yang tersembunyi. Penjara bekas Penjara bekas milik pemerintah, terbengkalai. Dirly sulap sebagai markas rahasia, di sanalah aktivitas ilegal dilakukan. Mulai dari penipuan kecil hingga kasus-kasus rumit dengan bayaran mahal, bisnis gelapnya sedikit terkendala karena kondisi Noi. Ia menutup akses menuju tempat tersebut, memusatkan perhatian pada kasus yang menimpa sang sahabat. Setidaknya dengan membantu Adrian memecahkan misteri pembunuhan berantai, Dirly bisa membalas kebaikan sang wanita. Mereka berkenalan cukup lama, ketika dirinya hampir terbunuh oleh racun sianida. Kondisi mabuk berat membuat Dirly teledor, tidak menyadari jika tengah diintai lawan. Beruntung seorang wanita mendekat, membawanya keluar dari bar. Lalu, dijelaskan tentang bahaya yang mengancam. Ada perasaan tak percaya, tetapi seketika bar gempar ketika tanpa sengaja pemabuk lain menyentuh gelas, kemudian mengisap jari. Mati seketika. Saat itulah ia merasa jika wanita tersebut merupakan Malaikat Penyelamat yang dikirim oleh Tuhan. Entah Debora atau Nirmala, Dirly mengenal sosok itu sebagai Bell. Begitulah ia menyebutkan nama, muncul di waktu tertentu. Misterius, tetapi menunjukkan sisi unik. Tak disangka jika akan terseret pada kasus serius. Dirly akan membantunya, keluar dari lingkar kejahatan. Kalaupun benar salah satu identitas dalam diri sang wanita merupakan otak dari pembunuhan berantai, ia akan menggunakan koneksi untuk menyelamatkan Bell. Setidaknya gangguan kepribadian memiliki pengecualian hukum, tetapi keadilan tetap perlu ditegakkan. “Kalian sudah mendapatkannya?” tanya Noi ketika pintu dibuka, menggenggam erat jemari Adrian yang membimbingnya untuk duduk. “Dirly bilang kalau Kakak sudah menemui Gara, apa dia mengatakan sesuatu tentang kembarannya?” Adrian masih bungkam, ada banyak hal yang tidak bisa dijabarkan seperti semula. Jev memperingati dirinya agar tetap pada mode tega, membiarkan sikap manipulatif dalam diri wanita itu. Tidak perlu menanggapi serius, karena bisa saja hanya pancingan. Mereka belum menemukan timing pergantian karakter sosok Debora, kapan identitas tersebut muncul, dan apa pemicunya. Tidak ada yang tahu. Jadi, demi mengantisipasi semua itu, Adrian harus mampu bersikap cuek pada Noi. “Dia tak mengatakan apa pun, tetap menolak memiliki saudara kembar.” Adrian menjelaskan dengan senyum tipis, dia masih berupaya menganggap sang perempuan sebagai bagian dari tim yang harus mengetahui segala informasi. “Mustahil!” Nada bicara Noi meninggi, mengepalkan kedua tangan. Selalu begitu, respon serupa setiap kali membahas Gara. Merasa dipermainkan oleh kembaran Demon, kenapa mereka selalu menemukan kesulitan setiap kali mencoba menemukan apa pun terkait sang Predator? Adrian tahu jika Noi beranggapan bahwa Gara mengetahui sesuatu, sama seperti yang kini bergelayut dalam benak. Kemungkinan Gara terlibat pun sangat kuat, tetapi bukti tidak mengarah padanya. Selain itu, mengajak sang wanita berdiskusi lebih serius, hanya akan menciptakan koneksi lain pada karakter predator dalam dirinya. “Jangan terlibat lagi, fokus mengembalikan dirimu seperti sedia kala. Berdamailah, hanya itu yang aku perlukan.” Adrian mencoba mengalihkan perhatian, meremas jemari wanita yang mulai memasang wajah masam. Reaksi aneh ini tak biasa, memaksa sang polisi menatap serius. Bukan hal wajar jika Noi menyetel muka dingin, siapa ini? Adrian sudah sangat pusing dengan kasus yang ia tangani, ditambah dengan ulah sang perempuan yang hanya menambah kepala kian berdenyut menyakitkan. “Jangan terpancing, biarkan dia menganggap kamu tak tahu jika sosoknya bukan wanita tercinta. Usahakan untuk tidak membuat dia marah atau curiga bahwa kita sudah mengetahui keterlibatannya.” Adrian mengingatnya, perkataan Jev Indra. Meskipun merasa risi, ia berupaya bertingkah tenang. Masih memperlakukan wanita itu dengan hangat, tidak menunjukkan gelagat mencurigakan. Dirly membawakan minuman dingin, ia memberikan kode untuk duduk bersama. Mereka perlu meyakinkan karakter dalam diri wanita tersebut menjinak, tidak liar. Sebab, situasi bisa saja membuat identitas lain muncul secara acak. Tak ada yang tahu pasti. Semua orang sepakat untuk terus menyebut karakter yang muncul dengan satu nama, Noi. Jika Bell muncul, tentu ia akan mempertegas keberadaannya. Namun, identitas lain belum tentu mau buka mulut. Waspada, perlu berhati-hati dalam mengambil tindakan. Sejauh ini Adrian merasa telah berkhianat, tetapi menguatkan diri agar bersikap profesional. Mengesampingkan perasaan pribadi, demi kebaikan semua orang. Ia tak mau lagi sampai terjadi kematian dari orang-orang tak bersalah. Sejatinya maut telah ditetapkan oleh takdir, tiada yang mampu memecahkan misteri datangnya ajal. Namun, mencegah manusia bertindak kriminal merupakan kewajiban setiap masing-masing pribadi. Bukan menunggu nasib baik menyapa. “Aku mohon, jaga dia.” Adrian meminta Dirly memberikan yang terbaik, menitipkan Noi pada sosok asing bukan perkara mudah. Namun, siapa lagi selain laki-laki ini? Untuk sekarang, masih ada Jev dan pria tersebut sebagai partner terpercaya. Adrian kehilangan anak buah berkat tangan-tangan rakus penguasa, ia pun bahkan diskorsing berkat kasus tak terpecahkan. Jika saja semua mau jujur, bukan karena dirinya tidak berhasil menemukan si pembunuh berantai. Hanya saja, mereka terlalu pengecut untuk membeberkan fakta terkait nama-nama pemicu pembunuhan dilakukan. “Fokus saja pada tujuan semula, temukan Demon. Sebab, aku yakin ... Bell tak berbohong tentang psikopat itu.” Adrian mengangguk, membenarkan ucapan Dirly. Memang tidak semua ucapan dari sang kekasih tercinta berupa kebohongan, terdapat beberapa informasi penting. Berupa petunjuk kuat. Hanya saja, terkadang sulit dibedakan antara jujur dan kelicikan. “Kamu sudah menemukan saksi yang mengetahui kebenaran keberadaan Bagaskara Oktavano?” Dirly mengangguk, ia telah mengirim anak buah untuk menjemput seorang wanita paruh baya. Perempuan tua yang pernah ikut merawat dua bayi keluarga Oktavano, dahulu bekerja sebagai pelayan. Namun, menghilang sejak belasan tahun silam, diduga tinggal bersama Demon dan ibunya. “Dia berhasil kita amankan, tampaknya keberadaan wanita ini lepas dari kontrol semua orang. Tak diperhitungkan sebagai ancaman.” “Atau hanya jebakan.” Dirly menggeleng, yakin pada kesimpulan sendiri. Sebab, tujuh tahun lalu telah terjadi kebakaran di salah satu rumah atas nama Oktavano. Tampaknya mereka tinggal di sana sebelum itu, wanita tersebut mengalami kecelakaan parah selama insiden. Hal tersebut dapat dilihat dari luka bakar yang hampir terdapat di seluruh tubuh, bekasnya sangat mengerikan. “Sepertinya wanita ini sudah dianggap mati, kondisi fisiknya benar-benar tragis. Kami menjanjikan keadilan untuk dua anak dan suami yang tewas pada insiden tujuh tahun silam, itulah alasan dia mau buka mulut.” Ada harapan, Adrian tersenyum penuh syukur. Berterima kasih atas kerja cerdas Dirly, terkadang penjahat dibutuhkan sebagai pemecah masalah. Tidak selalu menjadi momok mengerikan bagi keadilan, tetapi mereka memiliki cara berbeda dalam mengurangi kecurangan penguasa. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN