“Naira … ada Malika di depan.” Mira berdiri di ambang pintu—memperhatikan salah satu pekerjanya yang sedang mencuci piring dan gelas kotor. Naira menoleh. Mira menggerakkan kepala ke belakang. “Malika,” kata Mira mengulang. Wanita itu menghembuskan napas, lalu memutar tubuh—berjalan kembali ke tempatnya setelah melihat Naira mematikan keran air. Naira mengeringkan kedua tangan dengan kain celemek yang melapisi pakaiannya. Naira berjalan keluar masih sambil mengelap tangannya. Memutar kepala, Naira berderap ke arah sang adik yang masih berdiri di luar pintu. Malika tersenyum lebar sambil melambai-lambaikan tangan. Gadis itu terlihat begitu bahagia. Naira mengerjap. Sepasang kakinya terayun lebih cepat menghampiri sang adik. Malika merubah ekspresi wajahnya menjadi serius begitu meliha

