Naira tidak berani keluar dari dalam rumah makan. Perempuan itu duduk melantai di pojokan samping memeluk kaki yang tertekuk. Di luar masih ramai. Orang-orang itu menanyakan keberadaannya. Bahkan ada yang langsung menanyakan kebenaran berita tentang dirinya yang menjadi orang ketiga dalam hubungan seorang direktur dan pengacara. Naira menelan salivanya. “Sudah dibilang dia nggak ada di sini. Tolong keluar. Jangan ganggu pelangganku.” Mira berkacak pinggang. Dia tidak peduli saat satu dua orang mengambil gambarnya. Bisnisnya terganggu. Orang yang tadinya datang mau makan, tidak jadi karena lebih tertarik dengan orang-orang yang membawa kamera dan menanyakan tentang Naira. “Dia pasti ada di dalam.” “Mungkin dia malu.” “Heh … kalian ini dibilangin susah, ya. Apa perlu tak panggilin polisi

