‘BRAK!’ Tubuh Rendra dan Wilman nyaris terpental jika saja kedua orang itu tidak mengenakan sabuk pengaman. Rendra mengangkat kepala yang terantuk kemudi. Pria itu meringis merasakan nyeri di keningnya. Memutar kepala ke samping, Rendra bersyukur sang ayah baik-baik saja. Wilman berpegangan erat pada handel atas. “Kepalamu berdarah.” Wilman melepas tangan dari pegangan di atas pintu mobil. Dengan tangan bergetar, pria itu mencoba memegang kepala Rendra yang mengeluarkan darah. Rendra menepis tangan sang ayah. “Apa yang Papa katakan tadi?” Rendra menatap sang ayah dengan sorot mata yang membuat Wilman menahan napas. Ada rasa marah, kecewa, takut. Kalimat yang keluar dari mulut papanya, membuat Rendra seketika merasa langitnya runtuh, hingga dia tidak bisa mengendalikan mobil. Masih beru

