Wuri sudah berpindah tempat duduk. Ibu tiga anak itu meminta Malika untuk meninggalkan mereka berdua, lalu duduk di sebelah sang putri sulung. Wuri menyerongkan posisi duduk, hingga bisa berhadapan dengan sang Naira. Wuri meraih kedua tangan Naira. Sudah waktunya Naira tahu apa yang sebenarnya terjadi, sekalipun dia akan kembali mengorek luka lama itu. “Maaf, kalau selama ini Ibu nggak pernah membicarakannya sama kamu. Terlalu menyakitkan mengingat masa lalu.” Napas Naira memburu. Dari ketika mendengar pengakuan jika sang ibu mencintai pria beristri, perasaan Naira tidak tenang. Kalimat-kalimat yang sempat dilontarkan oleh Tama tentang dirinya, terngiang. “Apa … maksud Ibu? Bukankah Ibu bilang kalau aku bukan anak haram?” “Bukan, Na. Kamu bukan anak haram. Ibu nikah sama bapakmu. Sah d

