Naira tahu, dua orang yang duduk berhadapan menikmati sarapan mereka itu, sesekali melirik ke arahnya. Tidak apa-apa, batin Naira. Mungkin dua pria itu baru pertama kali melihat seseorang bekerja. Naira melanjutkan pekerjaannya. Membersihkan meja dengan lap basah, lalu mengangkat nampan berisi penuh gelas dan piring kotor. Naira bergegas masuk ke dalam rumah makan. “Nggak usah mikir yang aneh-aneh,” ucap Tama, dengan bola mata melirik sosok yang baru saja berjalan melewati meja yang ia tempati bersama Alvin. “Apa maksudmu?” “Caramu natap perempuan itu. Aku paham artinya, Vin. Nggak usah macam-macam.” Tama meraih gelas, lalu meneguk isinya dua kali. Pria itu sudah mengembalikan perhatian pada pria di depannya. Kening Tama mengernyit ketika Alvin justru terkekeh. “Lo sendiri pernah ngom