“Jangan ganggu ibuku,” kata Malika sambil mengangkat kepala menatap pria yang berdiri di depannya sekitar setengah meter. Malika tidak bodoh, dan dia memiliki daya ingat yang kuat. Dia masih mengingat wajah pria itu, dan dia jelas tahu siapa dia. Ayah kandung kakak sulungnya. Sementara pria yang diancam oleh Malika menurunkan pandangan lalu menatap aneh remaja tersebut. “Jangan lihat putriku seperti itu. Dia tuli, tapi bukan berarti dia boleh kamu remehkan.” Wilman mengedip sebelum mengangkat kembali kepalanya. Dia mengingatnya. Mengingat berita-berita yang beredar tentang keluarga wanita itu. Dan ya, sang adik diberitakan tuli. Ternyata benar. Wuri memutar tubuh putrinya hingga mereka berhadapan. “Malika tunggu Ibu di dalam. Cari tempat duduk di lobi. Tunggu Ibu di sana.” “Tapi, Bu …

