"Ergh! LEPAS!" raung seseorang.
Anak buah Kai nyatanya berhasil menangkap seorang penyusup lain yang kini meronta minta dibebaskan. Dengan diapit dua pengawal, penyusup itu dibawa ke ruang tamu utama Mansion.
"Beraninya kau menyusup ke tempatku!" Kai yang baru saja tiba sangat marah mendengar ada lagi penyusup yang berhasil menembus sistem keamanan Mansion.
"Sial! Malakai Santini. Belum apa-apa bos besarnya sudah keluar," gumam sang penyusup yang tak lain adalah Bee. Nyali partner Jade itu pun ciut seketika setelah melihat presensi Kai.
"BEE!" teriak Jade dari arah lain. Jade yang hendak diantar Trish menuju ruangan Kai terpaksa berhenti karena kebetulan melihat Bee di sana.
"Oh my God! Syukurlah kau masih hidup, Jade!" Bee terlihat lega mengetahui Jade yang masih utuh tanpa terluka.
"Lepaskan dia, Kai. Dia tidak ada hubungannya denganku," pekik Jade memohon.
"Oh, jadi kalian bekerjasama?" Kai merespon sinis. Suasana di aula utama pun semakin menegang. Jade kini sangat waspada karena tak dapat memprediksi apa yang akan Kai lakukan.
Wajahnya terlihat marah. Perangai pria itu pun dapat berubah sewaktu-waktu seperti yang baru saja Jade alami. Namun, satu hal yang Jade yakini, bahwa dirinya akan membela mati-matian sang partner.
"Bos, gawat!"
Di tengah situasi ketegangan, Toni tiba-tiba muncul menginterupsi. Anak buah kepercayaan Kai itu segera membisikkan sesuatu ke telinga sang bos.
"APA!"
Lengkap sudah kemurkaan Kai. Laporan dari Toni barusam nyatanya membuat semburat marah di wajahnya semakin menjadi-jadi.
"Bianca? Kau, kah itu?" tanya Toni terkesiap yang sadar Bee di sana.
Namun, Bee segera memalingkan wajah dari Toni yang memanggil nama aslinya seolah sengaja menghiraukan sang penembak jitu.
"Kau mengenal penyusup ini, Toni?" Kai menatap secara begantian ke arah Toni dan Bee.
"Dia ... adikku yang kabur beberapa tahun yang lalu, Bos."
"Hey, kau tidak pernah memberitahuku kalau kau masih punya keluarga, Bee," timpal Jade protes kepada Bee.
"Itu karena aku sudah tak menganggapnya," jawab Bee santai.
"Apa yang telah adikku lakukan, Bos?" tanya Toni khawatir.
"Wanita ini partner Jade si penyusup dan dia juga berhasil menyusup sistem keamanan Mansion," terang Kai.
"Woah, kau semakin berkembang, Bee. Sebagai Kakak, aku bangga padamu." Puji Toni kepada Bee. Namun, asksinya malah membuat Kai memicingkan dahi kesal ke arah Toni.
"Uhm ... maaf, Bos." Toni tertunduk menyadari Kai menatapnya tajam.
"Tetap saja ayah lebih sayang padamu karena kau laki-laki," jawab Bee memutar bola mata dengan malas.
"CUKUP!" sentak Kai.
"Kita sedang menghadapi situasi serius dan harus segera mengejar Variga.Cepat bergerak!"
"Maaf, Bos. Pelacak yang ditanam sepertinya sudah dimusnahkan oleh Celine."
Celine? Bukankah nama itu yang disebut Trish tadi?
Jade dapat merasakan perubahan ekspresi Kai setelah nama Celine disebut. Siapa Celine untuk seorang Kai?
"Ada urusan apa mafiamu dengan penadah nomor satu underworld?" timbrung Jade menimpali konflik yang terjadi pada organisasi Kai.
Variga merupakan penadah sekaligus pelelang benda-benda berharga yang terkenal di dunia gelap. Tak hanya dari hasil lelang, Variga juga mendapatkan benda-benda tersebut dari mencuri dan merampas. Sama seperti mafia, Variga mempunyai tim tersendiri beserta ribuan anak buah.
"Bukan urusanmu!" ketus Kai.
"Hey, siapa tau aku bisa membantu. Anggap saja ini sebagai pelunasan ... hutang Fin."
"Ch! Kau masih membela cecunguk itu?" cibir Kai.
"Tidak juga. Aku hanya ingin urusan kita impas."
Kai kembali mengerenyitkan dahi seolah mempertimbangkan tawaran Jade.
"Aku pernah berususan dengan Variga 5 tahun yang lalu. Seorang Sultan Kerajaan Timur Tengah memakai jasaku untuk membunuh sepupu Variga karena telah meniduri salah satu adiknya," timpal Jade menambahkan.
"Bee bisa membantu melacak keberadaannya. Microchip ciptaan Bee masih tertanam di tubuh Variga."
"Memangnya barang apa yang telah diambil oleh Variga?" tanya Bee menimpali.
"Angle Diamond, Berlian termahal di dunia. Benda berharga turun-temurun Mafia Black Skull," jawab Toni.
"What the ...." Jawaban Toni spontan membuat netra Bee membola sempurna. Kabarnya, Angel Diamond merupakan berlian sebening kristal memili berat sekitar sepuluh kilo. Urutan berlian ini merupakan nomor satu termahal di dunia sehingga banyak penadah dan kelompok penjahat dunia gelap mengincarnya.
Sementara itu, dilema mendadak menghampiri Kai. Meskipun Variga hanyalah seorang penadah, kekuatan tim dan anak buahnya tak bisa diremehkan. Kelompok mereka bahkan tak berbeda jauh dengan mafia milik Kai yang terkenal tanguh dan kejam.
"Baiklah. Kumpulkan tim segera dan juga kau ...." Kai menunjuk ke arah Jade. "Ikut misi ini dan kita akan impas."
Tatapan sengit antara Jade dan Kai tak terelakan, tensi di sekitar mereka lantas menegang. Netra keduanya saling mengunci tatapan satu sama lain seolah ada makna lain yang sedang terjadi dan hanya keduanya saja yang mengetahui.
Beberapa saat kemudian.
"Bee ... apa aku memang sebodoh itu? Fin begitu mudah memanfaatkanku," tanya Jade seraya memandang sendu ke luar jendela besar yang menyuguhkan pemandangan kelap-kelip lampu taman pada malam hari.
"Tidak, Jade. Kau hanya ... terlalu baik." Helaan napas Bee terdengar jelas kala menjawab pertanyaan sahabatnya.
Ruangan berukuran cukup besar layaknya kamar hotel bintang lima tengah menjadi saksi aksi saling mencurahkan perasaan antara kedua sahabat itu. Lebih tepatnya, Jade dan Bee kini berada di salah satu kamar tamu Mansion S milik Kai.
Sesaat setelah berakhirnya drama kesalahpahaman tadi siang di aula utama, Kai memutuskan Jade dan Bee masuk ke dalam tim misi perebutan kembali Angel Diamond milik kelompok mafianya.
Meeting dadakan pun segera dilakukan saat itu juga-dihadiri oleh Kai, Toni, Jade, dan Bee lalu berakhir dengan penundaan sementara karena tim utama mafia Kai sedang tidak lengkap imbas mengerjakan pekerjaan lain.
Setidaknya Kai bisa bernapas dengan lega. Bee dapat melacak keberadaan Variga melalui microchip milik sang peretas yang masih tertanam di tubuh sang penadah. Pertemuan akan dilanjut besok pagi dengan agenda taktik perebutan kembali Angle Diamond. Selain menjadi bagian tim, Bee dan Jade juga resmi menjadi penghuni sementara Mansion S. Keduanya diberikan kamar masing-masing di dalam Mansion.
"Bertahanlah, Jade. Rasa yang kau alami hanya sementara. Semua akan kembali normal seperti sebelum kau mengenal Fin. Lupakanlah pria tak berguna itu!" Bee begitu gigih dalam upaya menenangkan serta menyemangati Jade yang sedang kacau akibat pengakuan Fin.
"Terima kasih, Bee. Kata-katamu bagaikan mutiara walau ... terdengar bernada cerewet, hehe." Jade meledek sang partner agar suasana berubah cair.
"Ergh! Sudah kuduga kau memuji hanya untuk menjatuhkanku."
Tawa lepas pun terkuar dari kedua sahabat dengan latar belakang berbeda itu. Meskipun Jade tak pernah mengetahui siapa orang tuanya, sosok Bianca yang berusia dua tahun lebih mudah darinya sudah lebih dari cukup.
"Oh, iya. Ceritakanlah tentang Toni. Kau sudah janji padaku, bukan?" Jade menagih hutang penjelasan Bee mengenai Toni.
Namun, sayang. Semburat riang Bee tiba-tiba berganti datar kala Jade menyinggung hal tersebut. "Uhm ... tapi aku belum siap untuk menceritakan semuanya. Kau ... tidak keberatan, kan?" Bee terdengar ragu dan itu langsung membuat Jade merasa tidak enak hati.
"Hey, take your time, Bee. Jika kau tak ingin membaginya juga tak apa." Jade menggenggam sekilas tangan sahabatnya.
"Tidak, maksudku ... aku akan menceritakannya secara singkat untuk saat ini."
Bee mulai bercerita bahwa benar Toni adalah kakak kandungnya. Sekitar tujuh tahun yang lalu, Bee kabur dari rumah karena kedua orang tua yang kurang mendukung dan lebih sering mengabaikan bakat sang puan. Bee mengklaim mereka lebih peduli pada Toni karena sang kakak adalah anak laki-laki.
Meskipun gender-nya berbeda dari sang kakak, Bee ingin diperlakukan sama dengan Toni. Sayangnya, kedua orang tua Bee mengganggap bahwa wanita dilahirkan hanya untuk menikah dan mengurus pekerjaan rumah saja. Bee bahkan mendengar sendiri bahwa dirinya akan dijodohkan meskipun usianya masih beliau. Setelah merasa tidak ada harapan, Bee memutuskan kabur diam-diam dari rumah. Meskipun begitu, Bee sama sekali tak membenci Toni.
"Ck! Mereka pasti akan bangga melihat dirimu yang sekarang, Bee. Hacker terbaik sedunia yang pernah kutemui."
Manik Bee seketika berbinar sesaat setelah mendengar sanjungan dari Jade. Baginya, Jade adalah sosok inspirasi wanita tangguh yang menjadi panutan sekaligus satu-satunya teman sejati yang ia miliki. Dalam hatinya, Bee sontak membatin, "aku akan selalu menjaga dan mendukungmu, Partner."