Calon Istri Big Boss

1114 Kata
Cih! Kesempatan itu ternyata sudah hilang. Kai sudah menemukan penggantiku. Celine membatin seraya menurunkan pistol yang sempat ia todongkan ke arah Jade yang sekarat dalam dekapan Kai. Wanita yang terkenal dengan profesi pencuri lihai itu menyerah. DOOM! Dentuman keras disertai getaran cukup hebat layaknya gempa bumi tiba-tiba saja terjadi. Hal itu menyebabkan semua yang berada di atap turut goyah. "Sial! Gempa, kah?" rutuk Toni. "Bukan. Ini adalah ulah Variga. Aku tau semua rencananya. Dia telah mengaktifkan bom untuk meledakkan tempat ini karena kelompok kalian datang dan membuatnya terancam," pungkas Celine. Di tengah situasi genting, beberapa anak buah Variga tiba-tiba bermunculan. Mereka berlari dengan cepat dan hendak menyerang kelompok Kai termasuk Celine. Toni dan Leo spontan menghalau pasukan Variga agar tidak sampai menyentuh Kai yang masih memeluk Jade. "Izinkan aku membantunya, Kai." Celine menawarkan diri untuk membantu Jade guna melambatkan pendarahan pada luka tembak. Ia meminta Kai melepaskan baju yang yang dipakainya untuk menutup luka Jade sembari menunggu helikopter datang. "Ini!" Celine menyerahkan benda mungil yang telah dicuri dari Kai, Angel Diamond. "Cih! Aku sungguh berharap bahwa aku tak pernah melakukan pengkhianatan padamu, Kai. Karena karma yang kutanggung ... sungguh menyesakkan." Celine berucap sesal seraya tersenyum miris di tengah melakukan teknik pertolongan pertama pada Jade yang terkena hempasan peluru di d**a kiri. Ibarat nasi sudah menjadi bubur, perbuatan Celine sungguh menyakitkan dan sulit termaafkan. Sementara itu, Kai masih bergeming. Pria itu tak tahu bagaimana harus merespon Celine. Pikirannya sedang dipenuhi kekhawatiran luar biasa akan sosok Jade yang tengah sekarat di hadapannya. DOOM! Bangunan Castle V bergetar lagi. Kali ini getaran yang terasa lebih kuat daripada sebelumnya—membuat tubuh para penghuni rooftop sempat sempoyongan. Beruntungnya, helikopter milik kelompok Mafia Kai menampakan presensinya di atas atap. "Berbahagialah, Kai. Harus ku akui, Jade adalah wanita terbaik yang tepat untukmu," cicit Celine tedengar getir, akan tetapi Kai masih tak merespon ucapan mantan kekasihnya itu. Hanya sorot menyendu yang bis mafia itu layangkan. "Selamat tinggal." Celine mengulas senyuman ke arah Kai untuk terakhir kali sebelum akhirnya berlari ke arah Leo dan Toni yang sedang bertarung melawan anak buah Variga—membantu melawan untuk menghambat para anak buah mencapai Kai yang akan mengevakuasi Jade ke dalam Helikopter. Tanpa membuang waktu, Kai segera menaikkan tubuh Jade ke atas burung besi terbang yang perlahan melandai. Atap gedung yang difungsikan sebagai helipad itu mulai memperlihatkan keretakan hebat datarannya imbas ledakan bom bertubi-tubi. Perlahan tetapi pasti, beberapa pilar terlihat mulai ambruk dari pantauan helikopter. "TONI, LEO! CEPAT NAIK." Kai berteriak di antara kekacauan yang masih terjadi di bawah sana. Entah suaranya terdengar atau tidak, situasi di sana begitu chaos di tambah dengan kepulan asap reruntuntuhan yang mulai menghalangi jarak pandang mata. Sial! semoga mereka tepat waktu. Dan untukmu Celine ... aku berharap kau masih bisa selamat. Meski masih membenci Celine, Kai temtunya berharap sang mantan selamat dari reruntuhan karena harus ia akui hatinya tersentuh kala Celine menunjukan niat tulus meminta maaf dan mengembalikan barang curian kepadanya. "BOS!" Tak sampai menunggu lama, Toni dan Leo berhasil melompat masuk ke dalam helikopter. "Dimana, Celine? Kalian tak bersamanya?" desak Kai. "Ti-dak. Celine bilang kepadaku bahwa kau memerintahkan kami agar segera naik. Dia bahkan berlari denganku dan Leo di belakang," terang Toni. "Sh*t!" Kai merutuk kesal seraya menatap nanar ke arah bangunan Istana V yang semakin menjauh. BRUGH! Bangunan berbentuk mirip istana itu pun ambruk total. Bom waktu berhasil meluluhlantahkan seluruh pilar kokoh secara brutal. Kepulan asap tebal mulai menyebar. Lengkingan suara para anak buah Variga yang terjerembab terdengar samar mengiringi tumbangnya Istana. Kai sadar bahwa Celine mungkin telah mengorbankan diri untuk menebus perbuatannya. Celine .... aku memaafkanmu. Kai kembali melihat ke arah Jade yang sudah tak sadarkan diri. Meskipun begitu, pria itu masih bisa merasakan detak lemah jantung Jade dan itu cukup membuatnya lega. Jemari Kai tak berhenti tertaut dengan jemari milik Jade. Sesekali sang pria bahkan mencium pundak tangan Jade tanpa mempedulikan kedua anak buah yang duduk saling berhadapan yang otomatis menyaksikan aksi bos besarnya. *** Dua minggu kemudian. Jade masih terbaring koma ditemani Bee yang setiap hari setia mendampingi. "Cepatlah bangun, Jade aku membutuhkan partner assasin ku," ujar gadis berambut ungu yang kini menguncir helaianya dengan style kuncir kuda. "Bee." "Kak Toni." Tak lama, Toni datang dan menyapa adiknya. Sang penembak jitu tentu tak sendiri melainkan bersama Kai yang juga tak pernah absen menjenguk Jade setiap hari. "Kau bisa pulang, Bee. Aku yang akan menjaga Jade," seru Kai. "Tapi aku masih mau bersama Ja—" "Bee, temani aku makan siang, ya. Ada hal penting yang ingin kukatakan," sela Toni yang sebenarnya mengusir dengan cara halus sang adik. Ia tahu betul bahwa atasannya tidak ingij diganggu orlh siapapun saat menjaga Jade di ruang rawat. Sembari memanyunkan bibir, hacker cerdas berusia dua puluh lima tahun itu terpaksa mengikuti perintah Toni, meninggalkan Jade dan Kai berdua saja. Bangunlah, Jade. Ini sudah dua minggu. Aku ingin mendengar kata terakhir yang kau ucapkan tentang perasaanmu padaku. Aku merindukanmu. Kai membatin pilu seraya mengusap sayang surai Jade, duduk di sisi brankarnya. Pria itu masih tidak menyangka, bahwa Jade yang notabennya wanita yang belum lama ia kenal dapat dengan mudahnya menerima peluru yang dilesatkan untuk sang pemimpin mafia. Mulai saat itu, Kai berjanji bahwa Jade adalah cinta terakhirnya. Saat sedang kusyuk memejam mata dan berdoa, Kai terkesiap imbas genggaman tangan Jade yang melakulan pergerakan. "Jade! " "Kai ...," lenguh Jade dengan netra yang masih belum sepenuhnya dibuka. Di belahan dunia lain, tepatnya di Negara Italia. "Senang akhirnya mafia kita beraliansi. Domsday dan Black Skull akan menjadi mafia paling ditakuti dan juga disegani seantero dunia gelap," tutur sumringa pria bersuara berat. "Seharusnya aku yang berterima kasih padamu, Christian Rivera. Mafia yang dipimpin putraku mengalami goncang sejak dia hanya memikirkan seorang assasin yang kebetulan menyelamatkan nyawanya," timpal Alonzo Santini, ayah Kai yang secara tidak langsung turut memantau bisnis mafia yang belum lama diturunkan pada putranya. Jangan salah, dibalik dunia kejam mafia, mereka sangat menghormati siapa saja yang rela berkorban demi organisasi tersebut. Dengan kata lain, organisasi mafia merupakan organisasi yang tahu cara balas budi. Begitu juga dengan keputusan Kai sang putra yang mati-matian mengupayakan keselamatan Jade. Namun, Alonzo menilai putranya terlalu berlebihan bahkan hingga berujung abai terutama pada kelangsungan bisnis mafianya karena terlalu fokus memantau Jade. Berita itu terdengar ke Italia, markas asal mafia Kai. Jika Kai terus abai, bisnis mafia mereka akan kalah saing dan tak disegani lagi. Maka dari itu, Alonzo mencuri start yakni membuat aliansi atau kerjasama dengan Mafia terkuat di New York, Domsday. "Aku yakin Krista adalah calon istri sempurna untuk Kai," lanjut Alonzo memuji bakal calon menantu yang bernama Krista Rivera, putri kandung pemimpin mafia Domsday. Sayangya dari semua jenis kerjasama antar mafia, Alonzo memilih aliansi perjodohan untuk Kai bahkan tanpa meminta pendapat sang putra terlebih dahulu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN