Sejak hari itu, aku lebih sering menelpon Ana sekalipun Sita masih belum mau berbicara panjang denganku. Tapi dia mau memberitahu keadaanya dan bayiku, itu sudah lebih dari cukup untuk sementara ini. Sita juga belum mau kuajak pulang, alasannya dia ingin menenangkan diri sambil berpikir di rumah Ana. Lagi pula orang tua Ana juga sedang bepergian di luar negeri sehingga Sita tidak mau meninggalkan Ana seorang diri. Sita malah lebih betah berlama-lama mengobrol banyak hal melalui telpon dengan mama. Itu menyebalkan karena mama mulai meledekku dengan mengatakan Sita lebih menyayanginya dibanding aku yang suaminya. Membuatku kesal saja. Mual muntahku jangan ditanya, tidak berkurang sedikit pun. Setiap pagi aku akan menelpon Sita hanya untuk mendengar suaranya saja, sedikit meringankan mualku