“Nggak jadi makan malam, kamu pulang aja.” Dimas menurunkan Mila, tepat di depan gang rumahnya. “Kenapa?” Tanyanya, ada sedikit sesal yang mungkin ia telah melakukan kesalahan hingga membuat lelaki itu enggan melanjutkan makna malam bersama, padahal mereka sudah membeli berbagai macam bahan makanan. “Anak kamu pasti nunggu, apalagi tadi sempat bilang kamu beli banyak makanan untuknya.” “Talita bisa nunggu, dia anak yang sangat pengertian.” Sedikit memaksa, tapi Mila benar-benar tidak ingin membatalkan acara makan malam ini. Ia sudah terlalu bersemangat ingin membuatkan makanan untuk Dimas. “Aku tahu, anak kecil itu sangat pengertian, tidak seperti ibunya yang tidak sabar menunggu.” Mila hendak kembali bicara, sayangnya ia hanya mampu menggantungkan kalimat di ujung lidahnya. Ia m

