"Ya aku … Suamimu."
Langkah Natasha seketika mundur ke arah belakang. Terlalu kaget menemukan tubuh Michael sudah berdiri tegak di depannya. Bagaimana bisa lelaki ini masuk?
"Kau bukan suamiku," ucap Natasha dingin. Ia masih terkejut menemukan cincin pernikahan mereka yang Drew lepas di meja rias. Dan lelaki asing ini kembali datang, semakin memperparah keadaan.
Sebenarnya apa yang diinginkan Michael? Bukankah dia sudah membebaskannya.
Deru napas Michael terdengar tidak baik. Lelaki itu sedang tidak ingin mendengar bantahan apapun dari mulut Natasha. Tetapi jika ia melampiaskan amarahnya. Michael tidak bisa menjamin Natasha akan menerima tawarannya kali ini. Walaupun jika itu terjadi, Michael sudah siap dengan rencana awal. Memaksa Natasha untuk kembali pada hidupnya.
"Baiklah anggap saja aku adalah suami keduamu. Atau suami barumu."
Natasha menggeleng. Menolak mentah-mentah usulan gila Michael. "Tidak! Sampai kapanpun suamiku tetap Drew. Hanya dia yang aku inginkan menjadi suamiku."
Brak
Natasha tiba-tiba meringis saat Michael mendorong tubuhnya sampai menabrak dinding di belakangnya. Lelaki itu mencekram rahang Natasha. Tidak kasar, Michael masih mempertahankan sisi lembutnya untuk tidak meremukkan wajah cantik Natasha lewat jemari tangannya.
"Kau tidak pernah mengenal tabiat suami sialanmu itu. Jadi lupakan dia. Dan kembali lah padaku. Dia sudah mencampakkanmu selama bertahun-tahun. Apa kau tidak ingat?"
Natasha terdiam. Dia kembali dikejutkan karena lelaki ini seolah tahu semuanya. Tentang bagaimana Natasha selalu merindukan sosok Drew. Natasha masih meyakini akan janji lelaki itu. Dia pasti datang. Menjemputnya dalam kebahagiaan pernikahan mereka.
"Dia tidak akan pernah kembali Natasha. Kau pikir di dunia ini semua laki-laki akan setia!"
Natasha menatap Michael dengan sorotan tajam. Air matanya menetes sebagai bentuk penyangkalan. "Dia pasti kembali! Drew pasti akan kembali. Dia mencintaiku."
Michael berdecih mendengar ucapan tegas Natasha. Michael hanya berusaha menyadarkan Natasha untuk tidak menunggu lelaki yang memang tidak akan pernah kembali untuknya. Lelaki itu sudah berbeda. Michael hanya membantu Natasha untuk tidak berakhir kecewa jika wanita itu tahu kenyataan yang sesungguhnya.
"Maaf sekali. Tanpa meminta izin kau mau atau tidak. Kau tetap harus ikut denganku. Kau harus menjadi istriku. Ah, walaupun sebenarnya statusmu memang sudah menjadi istriku."
"Lalu untuk apa tadi kau membebaskan aku?"
"Aku hanya berniat menyadarkan otak bodohmu, bahwa suamimu yang sesungguhnya adalah aku. Bukan lelaki sialan yang bernama Drew," ucap Michael penuh penekanan.
Natasha terbelalak lebar melihat gelagat tidak menyenangkan Michael. Sontak ia langsung beringsut ketakutan saat Michael mulai meraih sapu tangan di saku jasnya. Kepalanya menggeleng, dan air matanya tetap jatuh. Ia tidak mau kembali. Natasha tidak mau terikat dengan lelaki ini.
Namun penolakan Natasha tidak berdampak apapun saat Michael menempelkan sapu tangan ke arah mulut dan hidung Natasha.
Sedetik kemudian tubuh mungil itu sudah jatuh tak sadarkan diri dalam dekapannya.
Sudut bibir Michael menyeringai.
"Kau tidak akan pernah lepas dalam genggamanku Natasha. Kau milikku."
***
Natasha mengerjap beberapa kali saat cahaya menyilaukan menyorot ke arah wajahnya. Berbeda pada hari-hari sebelumnya. Natasha merasakan hawa panas menerpa kulitnya, dan suara asing yang sedang mengobrol dengan nada pelan berada tetap di samping telinganya. Sepertinya jarak mereka lumayan jauh karena Natasha tidak bisa mendengar jelas apa yang mereka bicarakan.
Kelopak cantik Natasha terbuka, menyipit memperhatikan langit-langit kamar yang terlihat asing masuk ke dalam rentina matanya. Tatapannya masih menelusuri ruangan ini. Terlihat seperti sebuah kamar yang sangat megah dan juga indah warna dinding kamar ini banyak didominasi dengan warna emas yang menyilaukan.
Kepala Natasha menoleh ke asal suara tadi. Dan menemukan dua wanita muda berpakaian pelayan yang sering ia lihat di mansion Michael. Namun warna pakaiannya terlihat berbeda dengan pakaian sebelumnya. Terlihat mereka sedang menyibak gorden jendela kamar mewah ini.
Natasha mulai bangkit setengah berbaring, ketika pandangnya jatuh ke area tubuhnya, sontak Natasha terbelalak lebar menemukan tubuhnya kini kembali telanjang di bawah selimut. Buru-buru selimut itu ia naikan sebatas d**a sebelum orang-orang di sini melihat ketelanjangannya.
"Kenapa aku ada di sini?" tanya Natasha tiba-tiba berhasil mengagetkan kedua pelayan yang masih betah menggosip ria. Mereka sepertinya tidak menyadari bahwa Natasha sudah bangun sedari tadi.
"Maaf Nyonya. Anda sedang berada di kamar Tuan Michael. Beliau berpesan, agar Anda tidak beranjak sedikitpun dari sini."
Tangan Natasha mengepal. Jadi benar lelaki sialan itu kembali menculiknya, lalu menyekapnya di sini. Dan lebih sialan lagi dia kembali terbangun dengan tubuh telanjang di atas ranjang Michael.
"Katakan padanya lebih baik dia membunuhku dari pada aku harus menjadi b***k pemuas nafsu bejatnya!"
"Katakan itu pada wanita yang mendesah dan mencapai o*****e hebatnya tadi malam."
Suara itu?
Seketika Natasha melirik langsung ke arah pintu yang tiba-tiba dibuka secara kasar. Michael datang dengan pakaian santainya. Jari lelaki itu bergerak seolah menyuruh pelayan untuk meningalkan mereka berdua di dalam kamar.
"Kau manusia k*****t!" maki Natasha. Ia tidak terima Michael merendahkan harga dirinya seperti ini.
Michael tidak peduli dengan makian itu. Sebaliknya dia terus mendekat. Sampai tiba di depan tubuh Natasha Michael mulai memenjarakan tubuh itu di bawah kuasanya. Natasha menjerit, memberontak dan menendang apapun yang bisa ia tendang.
"Lepaskan aku. Aku ingin pulang!"
Dan menangis. Natasha tidak tahu harus dengan cara apa ia mengatakan pada Michael bahwa ia muak dengan apa yang lelaki itu lakukan pada hidupnya. Mengapa Michael harus datang, dan menghancurkan semua impian kebahagiaannya.
"Jangan menangis," ucap Michael lembut, mengusap air mata yang berjatuhan deras dari kelopak cantik Natasha. "Aku tidak akan berbuat hal seperti ini jika kau mau menerimaku."
"Sebenarnya apa yang kau inginkan?!"
Michael bisa merasakan butir emosi meluncur jatuh dari mulut mungil wanitanya. Namun egoisme dalam dirinya tidak pernah surut. Ia tetap menginginkan Natasha berada di sini, bersamanya.
"Aku hanya ingin kau menerimaku dengan keadaanku yang seperti ini. Tetapi keras kepalamu selalu menyulut emosiku. Kau seolah tidak menyukaiku karena wajah buruk sialan ini. Aku tidak bisa menerima kenyataan itu Natasha!"
Natasha sontak terdiam, dia tertegun melihat wajah Michael. Nada sura lelaki itu terdengar menyedihkan. Seperti sebuah keputusasaan yang meluap begitu saja dalam diri Michael.
"Aku merindukanmu. Cobalah berperan seperti apa yang aku inginkan. Aku merindukan istriku. Sangat merindukannya."
***
Seharusnya Natasha tidak usah terpedaya. Mungkin saja lelaki itu hanya akting untuk membuat ia sedikit iba. Tetapi tetap saja saat melihat Michael berkata seperti itu, Natasha seolah kehilangan berbagai tampungan argumen di ujung lidahnya.
Bebera kali Natasha berpikir. Motif terselubung apa yang disembunyikan Michael sampai nekat menculiknya dan menjadikan ia sebagai b***k pemuas nafsu bejatnya. Apa memang Michael hanya mencari pelampiasan atas pernikahannya yang terjadi sepuluh tahun yang lalu?
Natasha menahan napas saat jemari Michael tiba-tiba menyentuh daerah sensitifnya. Mulut Natasha ingin sekali memberontak dan mengatakan bahwa ia tidak sudi di sentuh kembali oleh Michael.
Namun terkutuklah dengan bibir sialan Michael yang sudah lebih dulu menemukan bibirnya. Dan lidahnya bermain dengan lihai di rongga mulutnya. Kedua tangan Natasha terkunci dalam cengkraman sebelah tangan Michael di atas kepala.
Berdosakah ia jika membayangkan lelaki yang kini sedang mencumbuinya adalah Drew? Karena bagaimana pun Natasha masih merindukan lelaki itu. Ia masih kecewa Drew kembali hanya untuk melepaskan pernikahan mereka. Setelah penantian panjang Natasha lalui. Dan sekarang lelaki itu tiba-tiba kembali dan melepaskan pernikahan ini tanpa berbicara padanya terlebih dulu. Alangkah mulianya hati laki-laki itu!
Natasha mencoba melampiaskan rasa sakit hatinya. Membalas ciuman Michael tak kalah menggebu. Tidak bisa dipungkiri selama ia ditiduri Michael ia seperti merasa di tiduri oleh suaminya sendiri. Gaya bercinta mereka sama, dan beberapa kali pula Natasha dibuat melayang mencapai puncak kenikmatan.
Dengan tangan bergetar, jemari lentik Natasha mulai menyentuh rahang Michael sampai merambat ke wajahnya. Menangkup wajah itu dengan lembut.
Dan entah apa yang terjadi pada diri Natasha. Seketika air mata wanita itu menetes melewati pipinya yang tirus, saat merasakan tekstur kasar kulit wajah Michael bersentuhan dengan telapak tangannya.
Natasha seolah dihantam rasa sakit yang begitu dalam. Mengapa ia harus merasakan sedih dan sakit seperti ini? Apa yang sebenarnya terjadi?
Dalam separuh kesadarannya. Natasha mulai bertanya-tanya.
Siapa sebenarnya Michael?
Benarkah dia adalah suamiku yang sesungguhnya? Jika benar, mengapa aku tidak mengenalmu? Dan malah mengenal lelaki yang bernama Drew?
Bersambung.