Terhitung, sudah satu minggu Natasha tidak pernah melihat kemunculan Michael lagi. Mungkin lelaki itu benar-benar marah. Sehingga membuat Michael enggan berkunjung untuk melihat keadaan tubuhnya ataupun untuk memaksa menyalurkan nafsu bejatnya, seperti biasa.
Tetapi Natasha cukup bersyukur dengan tidak adanya Michael. Ia tidak harus menjadi jalang dan tidak perlu cemas kewarasannya akan hilang hanya karena sentuhan Michael yang begitu ahli mempermainkan daerah sensitifnya.
Walaupun tuduhan Michael waktu lalu begitu tak berperasaan. Menyangka bahwa Natasha melihat lelaki hanya dari fisiknya saja. Itu sama sekali tidak benar. Natasha menangis bukan bermaksud ingin menyinggung bentuk wajah Michael yang buruk rupa. Natasha hanya menyesal. Telah memberikan tubuhnya dengan suka rela pada lelaki asing yang berstatus bukan suaminya.
Tatapan Natasha kemudian tertuju pada pintu kamar. Menunggu seseorang datang untuk mengatakan bahwa ia sudah bisa dibebaskan.
Untuk apa Michael masih mempertahankan keberadaannya di sini. Bahkan sampai sekarang lelaki itu pun belum terlihat mengunjungi kamar ini lagi. Bagus jika lelaki itu merasa bosan. Dan Natasha bisa bebas pulang menemui Drew. Pasti suaminya sedang menunggunya di rumah.
Cklek
Suara pintu yang dibuka membuat Natasha berjengit. Ia melihat seseorang masuk dengan aura dingin yang kental. Michael terlihat datang, bersama tatapan tajamnya.
"Kau benar-benar tidak mengenalku?" Pertanyaan itu tiba-tiba keluar dari mulut Michael. Lelaki arogant itu tidak butuh basa-basi. Sekarang ia harus menanyakan sendiri, apa wanita ini benar-benar tidak mengenalinya.
Natasha terdiam menatap Michael dengan was-was. Dari sinar matanya lelaki itu terlihat sangat menyeramkan. Auranya bahkan begitu dominan dan egonya mungkin berada di atas langit. Sangat berbeda dengan lelaki yang pernah ia kenal. Natasha yakin bahwa ia tidak pernah mengenal sosok seperti ini sebelumnya.
"Aku tidak mengenalmu. Sama sekali."
Desahan napas kasar Michael terdengar. Mencoba mengatakan keputusan yang telah ia pilih. Walaupun hatinya tidak mengizinkan sama sekali. Tetapi apa boleh buat, Michael lahir di dunia ini bukan hanya untuk mengemis pada seseorang. Terlebih sangat menyedihkan jika ia terus mengemis keinginan pada wanita itu.
"Aku memutuskan untuk membebaskanmu. Kau bisa bebas sekarang dengan suami idamanmu itu."
Mendengar itu kening Natasha langsung mengerut, cukup bingung dengan apa yang di bicarakan Michael. Terdengar sangat sangsi di telingannya. Jadi mulut mungil Natasha mencoba bertanya kembali, takut bahwa gendang telinganya rusak saat ini.
"Kau membebaskan aku?"
Michael tidak langsung menjawab. Dengan wajah dingin khasnya ia melangkah menghampiri Natasha yang sedang menyandar di kepala ranjang. Lelaki itu sedikit membungkukan tubuhnya, meraih dagu wanita itu lalu mengecup bibirnya. Michael mengerang dalam hati, merasakan tekstur kenyal yang begitu pas masuk ke dalam mulutnya. Sedikit memberikan lumatan, sebelum kemudian melepaskan.
Michael bisa melihat bibir ranum Natasha sedikit terbuka mengais napas. Klopak mata cantik itu pun mulai terbuka perlahan dan tatapan mereka kembali bertemu.
"Hari ini supir pribadiku akan mengantarmu pulang."
Sebenarnya Michael masih ingin berada di sini. Dan sedikit melampiaskan hasratnya. Tetapi, sekali lagi. Ia tidak mau menjadi pria menyedihkan yang terus mengemis keinginannya agar di penuhi. Michael lelaki terhormat. Jika karena wajah buruk ini tidak bisa mendapatkan apa yang ia inginkan. Dia akan mencari cara lain untuk mendapatkannya.
Michiel berdiri. Mengatur langkah untuk pergi. Lalu meninggalkan Natasha yang masih termenung tak percaya seorang diri.
***
Natasha terdiam dengan keadaan hati yang tak karuan. Terduduk seperti patung di sebuah mobil mewah yang akan mengantarkan ia pada rumahnya yang dulu.
Sedikit tidak bisa dipercaya. Namun semua ini memang lah kejadian. Dan seharusnya Natasha senang Michael membebaskannya. Mengapa ia harus merasa kecewa saat tadi Michael tidak keluar untuk melihat kepergiannya.
Natasha menggeleng pelan. Menepis semua bayang lelaki itu dari benaknya. Michael hanya orang asing yang nekat menyekap dan memperkosanya. Dan saat ini ia bebas untuk kembali bersama orang yang dicintai. Suaminya, Drew. Semoga lelaki itu kini sudah kembali.
Butuh 3 jam waktu untuk sampai ke rumah kecilnya. Dan senyuman Natasha kembali terbentuk. Menatap hunian sederhana di samping mobil yang ditumpanginya. Sebelum turun dari mobil, Natasha sedikit meminta informasi pada supir Michael terlebih dulu. Sesuatu yang bisa mengurangi rasa penasarannya.
"Apakah Michael pernah menikah?"
Supir itu tidak langsung menjawab. Ia terdiam sejenak, setelah memikirkan dengan matang untuk menanggapi pertanyaan dari mulut Natasha. Supir itu kemudian menjawab.
"Pernah Nyonya, dari informasi yang sering saya dengar, pernikahan Tuan Michael terjadi di usia muda, saat sepuluh tahun yang lalu."
Natasha terdiam. Mencerna semua ucapan yang di muntahkan supir Michael.
"Lalu sekarang ke mana istrinya? Mengapa dia selalu beropini bahwa aku adalah istrinya."
"Maaf. Bukan kewenangan saya untuk menjawab pertanyaan itu Nyonya."
Natasha mendengus, ia tidak cukup puas dengan jawaban supir pribadi Michael di depanya.
"Aku masih punya beberapa pertanyaan. Tentang wajahnya. Apa wajah Michael memang sudah menyeramkan sewaktu kecil?"
"Saya tidak tahu tentang hal itu Nyonya. Saya masih pekerja baru."
Natasha berpikir bahwa pria muda di depannya ini tengah menutupi informasi yang ingin di ketahuinya. Masih ada beberapa pertanyaan yang belum bisa menghancurkan rasa ingin tahu Natasha. Dan sepertinya supir ini tidak bisa di ajak berkompromi.
"Aku tidak pernah melihat keluarga Michael sepanjang tinggal di mansion. Mereka ke mana?"
Masih belum menyerah Natasha memutuskan untuk memuntahkan pertanyaan terakhir. Dan supir Michael terlihat mulai tidak nyaman mendapati mulutnya terus melemparkan pertanyaan.
"Beliau sebatang kara. Dan sebaiknya Anda keluar dari mobil Nyonya."
Natasha sedikit salah tingkah mendengar bentuk pengusiran itu. Natasha memutuskan untuk keluar dari mobil. Mungkin pertanyaan yang dijawab seadanya oleh supir Michael sedikit bisa mengurangi rasa penasarannya.
"Sampaikan terima kasihku pada Michael. Dan bilang padanya untuk tidak mengganggu hidupku lagi."
***
Natasha membuka pintu rumahnya. Rumah peninggalan ibunya yang dulu sangat kokoh sekarang sudah bertransformasi menjadi bangunan tua. Tetapi tidak masalah, banyak kenangan indah di hunian ini. Makannya sampai sekarang Natasha tetap bertahan untuk tinggal dan menetap di sini.
Pandangan Natasha berpencar ke segala arah. Mencoba mencari sesuatu, keberadaan suaminya. Tetapi nihil suaminya masih belum kembali.
Natasha meloloskan napas dari mulutnya. Memutuskan untuk masuk ke dalam kamar. Sepertinya ia harus membersihkan diri di dalam kamar mandi.
Ketika langkahnya tiba di dalam kamar. Dan sedikit memperhatikan wajahnya di balik cermin rias. Ada beberapa tanda yang memudar di lehernya. Bekas kissmark dari lelaki itu masih terlihat.
Buru-buru Natasha menggosok tanda kebiruan yang sedikit memudar itu. Walaupun usahanya kali ini tidak akan membuahkan hasil karena tanda itu tetap tercetak permanen di kulit lehernya.
Natasha menyerah. Ia menatap pantulan dirinya di depan cermin. Tubuhnya masih terbalut dress cantik pemberian lelaki itu. Dan entah apa yang sedang merasuki hatinya. Kenapa bayang lelaki sialan itu tetap tidak mau enyah dari pikirannya.
Natasha sudah hendak pergi ke arah kamar mandi. Namun sebuah kilauan cahaya berhasil menghentikan aktivitasnya. Natasha melirik kilauan itu dan tertegun.
Cincin pernikahan mereka?
Langkah Natasha semakin mendekat. Kemudian meraih cincin pernikahan yang tergeletak menyedihkan di atas meja rias.
Apa ini? Drew sudah kembali? Tetapi dia kembali bukan untuk bersamanya? Melainkan untuk melepaskan pernikahannya?
Cincin ini menjadi pertanda bahwa Drew sudah tidak berkeinginan untuk mempertahankan pernikahan mereka.
"Sepertinya kau dicampakkan suamimu. Nona keras kepala?"
Deg
Natasha tersentak. Buru-buru dia menyusut tangis yang berderai jatuh di pipinya. Dan menatap nyalang pada lelaki yang saat ini tengah berbisik di belakang tubuhnya.
"K-kau?"
Lelaki itu kemudian tersenyum, sangat menyeramkan.
"Ya aku … Suamimu."