Entah berapa lama, dipeluknya tubuh itu, dalam keadaan Ciara yang semrawut oleh sesaknya berita dari Selat, dia terisak, dan Selat memeluknya, menahan tubuhnya, merasakan rasa sakit yang mungkin jauh lebih sakit dari Ciara. "Aku pamit, ya, Ci ...." Begitu pelan Selat bisikkan, "Baik-baik di sini." Selat harus pergi. Entah, tangis Ciara semakin menjadi. Dia sesenggukan untuk alasan yang tak pasti. "Siang ini aku berangkat." Dekapnya Selat pererat, menghirup aroma Ciara, Selat tahu ini tak boleh. Namun, Ciara tak berontak, mungkin karena perasaannya yang membingungkan, hingga saat Selat lepaskan, Ciara menoleh dan mendapati tatapan terluka dari seseorang. Oh, tunggu! "Bang Saga ...." Ciara tercekat. Orangnya datang mendekat, Selat pun menoleh. Menatap abangnya yang kini tersenyum. "J