Firdaus melangkah keluar dari lift dengan aura dingin yang membalut dirinya seperti tameng. Di tangan kanannya sebuah paper bag cokelat tergenggam erat, membawa aroma harum makanan yang masih hangat. Ia baru saja kembali dari makan siang di restoran mewah, membawa makanan untuk sekretarisnya yang sengaja ia bebani dengan tumpukan pekerjaan hari itu hingga tak memiliki waktu untuk istirahat. Saat melewati meja kerja sekretaris yang berada tepat di seberang ruangannya, Firdaus melihat Aura yang masih sibuk menatap komputer dan beberapa berkas yang diletakkan di atas meja, wajah wanita itu tampak letih, tapi tetap fokus. "Ternyata dia masih belum selesai mengerjakan tugas yang aku kasih! Cih, dasar lambat!" gumam Firdaus berdecak kesal. Ia puas karena itulah tujuannya, membuat Aura sibuk b