Suara roda brankar berderit keluar dari ruang operasi yang dingin. Aroma antiseptik menusuk hidung, bercampur dengan bau darah yang samar masih menempel di tubuh Victor yang baru saja menjalani operasi darurat selama empat jam. Wajahnya pucat pasi, sebagian kepala dibalut perban tebal, d**a kirinya dipenuhi perban putih yang menutupi luka akibat pecahan kaca yang sempat menancap nyaris mengenai jantung. "Segera bawa ke ruang ICU! Monitor tekanan darah dan saturasi oksigen tiap lima menit!" perintah dokter bedah toraks yang masih mengenakan masker, suaranya berat, dan cepat. Beberapa perawat bergegas mendorong brankar, langkah-langkah mereka tergesa, diiringi suara alat medis yang masih berbunyi pelan dari mesin monitor. Dari ujung koridor, Meisya berdiri kaku. Begitu melihat tubuh san

