“Juan, bangun … Juan, Bangun!” Eva menggoyang-goyangkan tubuh Juan dengan keras. Lelaki berusia 17 tahun itu tampak lelap sekali, entah tidur atau pingsan. “Juan!” “Plak!” Suara tamparan keras terdengar hingga ke seluruh penjuru ruangan. Pipi merah padam bak cabai yang baru masak di pohon, sensasi panas seperti saus jalapeno, berhasil membawa Juan kembali dari alam mimpi. “Aw! Hei, ini sakit!” keluh Juan sembari mengelus pipinya yang menyala merah. “Salahmu sendiri, kau seperti tidak bisa dibangunkan. Aku pikir kau telah mati,” sahut Eva sambil melirik sinis kekasihnya yang sedang kesakitan dengan air mata yang mulai menggenang di kelopak matanya. “Kau jahat, Eva! Aku sedang bermimpi indah, sialan!” Juan terus mengelus pipinya untuk mengurangi rasa sakit yang sayangnya tidak juga mer