Lutut Putri melemas, keringat dingin mulai mengucur dengan deras. Ia sedang berdoa pada sang kuasa untuk memberinya kekuatan menghadapi tatapan tajam itu. Sedangkan perawat tadi sedang menginformasikan keadaan terakhir Amran kepada sang dokter yang memasang wajah sangat sadis. "Kamu kenapa keringetan gitu? Sakit?" tanya Amran, menggenggam jemari Putri yang tadi mengusap punggung tangannya. Hal itu tak lepas dari tatapan elang sang dokter muda yang kini mengepalkan tangan di balik saku celana bahannya. "Aku ... aku nggak apa-apa," jawab Putri terbata, kesusahan mengeluarkan suara. "Bagaimana, Dok?" tanya sang perawat. "Hm, besok dia boleh pulang," ucapnya singkat, masih dengan wajah tak bersahabat. Amran mengerutkan dahi saat merasa sikap aneh sang dokter. Biasanya, pria itu akan dat