bc

Terpaksa Dinikahi Mantan Bos

book_age18+
444
IKUTI
5.9K
BACA
contract marriage
HE
heir/heiress
bxg
city
like
intro-logo
Uraian

Nania tak mengira pertemuannya kembali dengan mantan bosnya mengantarkannya pada kisah yang rumit. Patah hati karena kekasihnya selingkuh membuatnya memutuskan pergi ke club malam dan siapa kira, di sana ia dipertemukan dengan mantan bosnya, Leonel Ronald. Nania kira, bosnya yang lebih sering dipanggil Leon itu sudah melupakannya, mengingat sudah berlalu 3 tahun sejak ia mengundurkan diri sebagai sekretaris pria itu. Namun, siapa kira, pria itu mengingatnya bahkan tak diduga, mengajaknya menikah dengan tujuan agar warisan ayahnya jatuh ke tangan. Jika dirinya tak kunjung menikah hingga batas waktu yang ditentukan, ayahnya akan memberikan warisan pada saudara tirinya. Tentu saja Nania menolak ajakan Leon. Namun, ia tak bisa mengatakan tidak saat Leon mengancamnya dengan menyebarkan aib mereka berdua.

chap-preview
Pratinjau gratis
1. Malam Panas
Brugh! Tubuh wanita itu jatuh di atas ranjang king size sebuah hotel, terkulai tak berdaya setelah menghabiskan hampir setengah botol minuman memabukkan. Di sisa-sisa kesadarannya, ia terus meracau tak jelas, terdengar seperti memaki seseorang. Di depan ranjang, berdiri seorang pria yang memandang lapar padanya. Pria yang membawa wanita itu ke sana dan seolah siap menyantapnya dengan rakus. Melonggarkan dasi, dirinya pun memulai aksi. Keesokan harinya, suara alarm berbunyi nyaring mengganggu tidur wanita yang tenggelam dalam balutan selimut tebal nan hangat. Wanita itu bernama Nania Violyn, 26 tahun, seorang karyawan perusahaan swasta dan anak tunggal dari kedua orang tuanya. Nania mengerjapkan mata yang terasa begitu berat. Dan saat matanya terbuka, samar-samar ia menemukan sosok pria tampan bak dewa Yunani di sampingnya. “Siapa? Kenapa wajahnya seperti tak asing? Apa aku masih mabuk?” Adalah berbagai pertanyaan dalam benak Nania. Tiba-tiba Nania mendesis dan memegangi kepalanya yang serasa mau pecah. Jika tahu mabuk akan sangat merepotkan seperti ini, ia tak akan mau mengotori tubuhnya dengan minuman haram itu. Nania berusaha bangun untuk duduk. Ia lalu berusaha menajamkan penglihatannya yang masih sedikit kabur, memastikan jika pria tampan di sampingnya nyata, bukan mimpi semata. Nania mendekatkan wajahnya, melihat wajah pria itu lebih dekat. Dan saat tiba-tiba kedua mata pria itu terbuka, dirinya segera mengambil jarak dengan keterkejutan yang berlebihan. Pria itu menatap Nania cukup lama seperti berusaha meraih kesadaran. Ia lalu bangun dan duduk di tepi ranjang kemudian berjalan menuju kamar mandi tanpa mengenakan sehelai benang. Nania menajamkan penglihatannya. Ia sampai memukul kepala agar bisa melihat dengan jelas. Dan saat pintu kamar mandi tertutup cukup keras membawa pria itu menghilang di baliknya, Nania seketika tersadar. “Di- dia … telanjang?” batin Nania dan segera menunduk melihat keadaannya. Dan melihat dirinya juga telanjang di balik selimut yang menutupi tubuhnya, seketika ia berteriak sekencang-kencangnya. Beberapa saat kemudian, Nania telah duduk di tepi ranjang dengan pakaian lengkap. Entah baju milik siapa, tapi ia langsung memakainya setelah tak menemukan pakaiannya di manapun. Meski semalam ia mabuk, ia ingat dengan jelas pakaian seperti apa yang ia pakai. Ckelk! Tubuh Nania menegang mendengar pintu kamar mandi terbuka. Ia segera mengarah pandangan dan menemukan pria itu berjalan ke arahnya. Kepalanya masih sedikit pusing membuatnya belum bisa melihat dengan jelas siapa pria itu meski dalam hati merasa yakin pernah bertemu. “Kau … kau siapa? Apa … apa yang sudah kita lakukan semalam?” tanya Nania dengan suara bergetar. Ia benar-benar takut jika sudah melakukan yang enak-enak dengan pria itu apalagi ia tak menemukan kondom satupun. Bagaimana jika ia hamil? Pria itu kini telah memakai handuk yang melingkari pinggang, melindungi aset berharganya yang tampak sedikit menonjol. Ia berdiri di hadapan Nania dan menjawab, “Menurutmu?” Degup jantung Nania mulai tak terkendali. Berbagai perasaan muncul membuat tubuhnya terasa lemah seketika. “Tapi … tidak ada darah,” kata Nania sambil menoleh ke tengah ranjang, pada sprei putih yang tak terdapat jejak pergaulan semalam. Ia masih perawan, bukankah wajarnya ada noda darah? “Kau sangat naif. Tidak semua perawan berdarah saat melakukannya pertama kali.” Perasaan Nania semakin tak karuan. Rasa sedih, kecewa, menyesal dan marah seolah bercampur menjadi satu. “Selain itu, apa kau tak mengingatku?” Pria itu setengah membungkuk, mencondongkan tubuhnya ke arah Nania membuat Nania bisa melihat dengan jelas wajahnya sekarang. Bukan hanya karena jarak yang begitu dekat, tapi kesadaran yang mulai terkumpul sepenuhnya meski kepala masih sedikit berat. Nania tak dapat mengalihkan pandangan dari onyx pria di depannya itu. Mata tajam dengan onyx yang seolah menghipnotisnya agar terus terpaku, alis hitamnya, hidung mancungnya, serta rahang tegasnya, mengingatkan Nania pada seseorang. Seseorang yang dulu pernah mengisi hari-harinya. Deg! Jantung Nina berdebar tak karuan, dadanya terasa sesak seperti terkena serangan jantung. Apakah mungkin … apakah mungkin pria itu adalah mantan bosnya? Leonel Ronald? “A- anda ….” Suara Nania terdengar bergetar, begitu pula dengan bibirnya. Ia tak mengira akan dipertemukan kembali dengan mantan bosnya. Bos di perusahaan sebelumnya tempat mencari nafkah. Pria yang lebih sering dipanggil Leon itu kembali berdiri tegak dengan tangan bersedekap d**a. Ia tak mengira butuh waktu bagi mantan sekretarisnya untuk mengingatnya. Apakah setidak penting itu dirinya sampai dirinya dilupakan dengan begitu cepat? Padahal baru 3 tahun yang lalu. Padahal, saat pertama kali melihat Nania di klub tadi malam, dirinya langsung mengingatnya. “Tidak perlu terlalu formal. Aku bukan lagi atasanmu. Selain itu, aku ingin menawarkan sebuah kerjasama.” Otak Nania masih sedikit oleng menerima fakta bahwa pria yang menghabiskan malam dengannya adalah mantan bosnya sendiri hingga membuatnya seperti orang linglung. Ia pun seketika terkesiap saat Leon menyentil dahinya. “Awh ….” Nania mengusap jidatnya yang cukup lebar. Padahal sudah 3 tahun lalu kenapa kebiasaan Leon tak berubah? “Aku ingin kau menikah denganku.” Mata Nania seketika melebar. Apa ia tak salah dengar? Atau, apa sebenarnya saat ini dirinya masih berada di alam mimpi? Meski merasa telah bangun, sebenarnya dirinya masih terjebak di dunia mimpi. Tuk! Lagi, Leon kembali menyentil dahi Nania melihat wanita hanya bengong. “Aku akan membayarmu setiap bulan. Anggap menjadi istriku adalah pekerjaan.” Nania masih mendesis sambil mengusap jidat. Sentilan kedua Leon menyadarkannya bahwa ia telah di dunia nyata. “Aku tidak mengerti apa maksudmu. Kenapa aku harus–” “Ayah memintaku menikah dengan segera. Jika tidak, warisannya akan jatuh pada saudara tiriku. Tidak usah banyak tanya, minggu depan kita menikah.” “Hah?!” Suara terkejut Nania memenuhi kamar hotel berbintang itu. Ia bangkit berdiri dari duduknya dan mempertanyakan pernyataan Leon. “Apa maksudmu menikah? Dan minggu depan? Kau pikir menikah seperti membuat cilok? Hanya mengaduk tepung dan membentuknya bulat lalu memasaknya hingga matang. Menikah itu bukan main-main, pak mantan bos!” Nania mengatakannya dengan menggebu-gebu. Tangannya bahkan memperagakan cara membuat cilok dari mulai diaduk dan dibulat-bulat. “selain itu, anda pikir anda siapa? Anda hanya mantan bosku. Setelah aku resign tiga tahun lalu, kita tidak memiliki hubungan kerja atau apapun. Jadi jangan pikir aku–” Suara lantang Nania terhenti dengan mata melebar saat Leon menunjukkan layar ponsel tepat di depan muka. “Menikah, atau semua orang akan tahu aib yang telah kita lakukan.”

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Papa, Tolong Bawa Mama Pulang ke Rumah!

read
4.2K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
167.2K
bc

My husband (Ex) bad boy (BAHASA INDONESIA)

read
292.2K
bc

Tentang Cinta Kita

read
212.1K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
151.8K
bc

Ketika Istriku Berubah Dingin

read
3.3K
bc

TERNODA

read
192.5K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook