Darah Nania berdesir, bulu-bulu halus di sekujur tubuh seolah berdiri. Bisikan Leon bagai suara makhluk halus yang membuatnya seakan kaku. Sementara, Leon tersenyum miring. Melihat reaksi yang Nania tunjukkan membuatnya merasa menang di atas awan. Leon naik ke ranjang, di belakang Nania lalu memeluknya. Ia lupa sejak kapan, tapi memeluk Nania menjadi kebiasaan yang harus ia lakukan setiap malam. “Pura-pura tidur, kau sengaja menungguku menyerangmu?” Leon kembali berbisik di telinga Nania membuatnya kembali merinding. Nania berusaha meraih kesadaran, mengenyahkan rasa malu karena telah ketahuan. “Siapa yang pura-pura? Pergi sana, aku mau tidur,” ucap Nania dan mulai memejamkan mata setelah menaruh kedua tangan di bawah pipi sebagai bantal. “Pergi? Mana mungkin? Nanti kau mencariku,