"Rupanya Nona punya nyali juga untuk pergi dari rumah itu? Saya sengaja tidak menaruh beberapa orang saya untuk menjaga Nona dari luar, karena saya percaya bahwa Nona akan mematuhi aturan saya!" Ujar Pak Adi yang berhasil membuat Dita memejamkan Matanya karena takut.
"Mau saya antar pulang ke rumah Anda dan kembali bertemu dengan kakak anda? Atau, mau kembali sendiri ke rumah di mana Saya tadi malam mengantar Anda? "Tanya Pak Adi dengan tegasnya, dan tak ada kata-kata bercanda di setiap kalimatnya. Dita yang mendapat pertanyaan itu, langsung membalikkan badannya untuk kembali ke rumah mewah itu. Sebenarnya bukan tidak ingin Dita kembali ke rumahnya sendiri, hanya saja, mau kembali ke rumah Doni, atau mau kembali ke rumah mewah itu, sama-sama menyakitkan bagi kita mundur sakit, maju apalagi. Dita dengan langkah gontai nya, serta takut yang menyelimuti hatinya, menuju ke rumah mewah itu di mana Pak Adi tadi malam mengantarnya. Pak Adi kembali melanjutkan perjalanannya, dan sempat melewati tubuh Dita yang sedang berjalan kaki namun tak ada niatan untuk memberi tumpangan pada Dita. Tega memang, sangat-sangat Tegal membiarkan Dita berjalan kaki menuju rumah mewah itu, dengan jarak yang cukup jauh. Sesampainya Dita di rumah mewah itu, ternyata Dita melihat Lita Tengah meringis menahan sakit di kakinya. Kaki Lita mengeluarkan cairan merah segar, Dita sendiri tidak tahu apa penyebabnya.
"Sudah kembali? "Tanya Pak Adi datar, yang merasa Dita sudah berada di dekatnya, tanpa dirinya membalikan badannya menghadap pada Dita. Dita sendiri hanya menjawab pertanyaan Pak Adi dengan sebuah anggukan kecil, meski Dita tahu pak Adi tidak melihatnya, Dita tetap melakukan hal itu tanpa mengeluarkan suara. Dita terlanjur terkejut melihat keadaan Lita, yang menurut Dita sangat kasihan, karena Lita seorang perempuan. Namun Dita tidak memiliki keberanian untuk menolong Lita, atau sekedar bertanya apa yang terjadi pada Lita. Dita mulai melangkah kakinya melewati tubuh tegap Pak Adi yang masih berada di dekat pintu, Dita juga melewati tubuh Lita juga yang masih terduduk di lantai sambil meringis menahan sakit di kakinya, untuk menaiki anak tangga. Sampai di pertengahan anak tangga, Dita kembali melihat pada Lita, yang ternyata posisi Lita masih sama seperti saat tadi dirinya melewatinya. Dita kembali melanjutkan langkahnya menuju kamar di mana saat dirinya pertama kali tiba, Lita menunjukkan kamar untuk dirinya.
Ceklek
"Aku tidak tahu apa yang terjadi yang sebenarnya pada Lita, padahal tadi sebelum aku pergi Lita baik-baik saja. Apa yang dilakukan Pak Adi pada adiknya sendiri, kenapa Pak Adi begitu sangat kejam pada saudara sendiri. Apalagi saudaranya saudara perempuan, apakah Pak Adi tidak merasa kasihan atau merasa tidak tega pada seorang perempuan. Bukannya pak Adi sendiri sudah memiliki istri, atau seorang anak, atau seorang ibu. Kenapa Pak Adi tidak memikirkan wanita itu adalah anaknya sendiri, padahal Lita sendiri adik kandungnya bukan orang lain. Aneh! "Dita bener-bener keheranan dengan sikap Pak Adi terhadap adiknya sendiri, yang menurut Dita sangat diluar batas keterlaluan nya.
"Kembali ke kamarmu, dan jangan lagi berulah! Ingat, besok adalah hari pernikahan wanita itu, jadi jangan sampai kamu membuat dirinya kembali pergi dari rumah ini. Tanpa kamu memberitahuku, atau tanpa kamu menjebaknya sekalipun, aku akan tetap mengetahui bahwa dia pergi karena ulah kamu, bukan karena keinginan dia sendiri. "Titah Pak Adi tegas, sambil menunjukkan kamar untuk Lita, agar Lita kembali ke kamarnya, dan dimintai agar tidak mengganggu Dita lagi.
"Iblis! Sok berkuasa. "Gerutu Lita sambil berdiri dan mengayunkan kakinya untuk menuju kamarnya sendiri. Pak Adi sendiri bukannya tidak mendengar atau tidak mengerti mengenai gerutuan Lita, hanya saja Pak Adi lebih memilih diam saja yang penting Lita sudah mendapat peringatan dan tidak lagi mengganggu Dita. Kalau sampai pernikahan yang akan dilaksanakan besok tidak terjadi karena kepergian wanita itu, bisa-bisa hidupnya akan berakhir pada hari itu juga.
Setelah dirasa dua wanita itu sudah Pak Adi amankan, Pak Adi Kembali keluar dari rumah dan menguncinya dari luar. Pak Adi kembali mengendarai mobilnya keluar dari area rumah mewah itu, dan melajukan mobilnya dengan kecepatan yang begitu sangat tinggi.
Lita yang melihat mobil Pak Adi sudah merasa dari rumah itu dari jendelanya, langsung keluar dari kamarnya sendiri dengan langkah yang terburu-buru, dan mengabaikan kakinya yang masih terasa sakit. Langsung membawa langkahnya keluar dari kamar itu, dan menuju kamar di mana Dita berada. Lita membuka kamar Dita dengan kasar hingga membuat Dita yang sedang menangis langsung berjingkrak kaget karena terkejut mendengar nyaringnya suara pintu yang terbuka.
"Kau sengaja kan, kau sengaja mengadukan semuanya sama pria sialan itu? "Tanya Lita sambil menarik rambut Dita ke belakang, hingga dengan refleknya Dita mendongak ke atas, sambil meringis karena sakit di kepalanya.
"tidak Nyonya, Saya tidak mengadukan Nyonya apapun pada Pak Adi. Saya juga tidak tahu kenapa Pak Adi sampai menyakiti Nyonya, karena saya sendiri juga tidak melakukan apapun atau mengadukan apapun kepada Pak Adi! "Ujar Dita menjawab pertanyaan Lita, menyangkal tuduhan Lita karena dirinya benar-benar tidak melakukan hal yang Lita tuduhkan.
"Mentang-mentang besok kamu akan menikah, kamu bisa mengatakan semuanya pada pria sialan itu?! "Ujar Lita yang masih tidak percaya dengan ucapan Dita, yang mengatakan bahwa Lita tidak mengadukan perlakuan Lita pada dirinya.
"Tapi beneran Nyonya, Saya tidak mengatakan apapun pada Pak Adi. Saya tadi hanya bertemu di jalan, lalu Pak Adi meminta saya agar kembali ke rumah ini, setelah itu Pak Adi pergi gitu aja."Dita masih berusaha terus membela dirinya, agar Lita tidak terus menyakiti fisiknya. Lita langsung mendorong kasar kepala Dita, hingga Dita terbaring di ranjang, sambil memegang kepalanya karena merasa rambutnya seperti terlepas dari kulit kepala.
"Besok pernikahan kamu, Jangan berharap kamu akan menjadi ratu di rumah ini, atau nyonya terbesar di rumah ini karena kamu menjadi istri dari Kakak aku. Karena sampai kapanpun, sekalipun kamu menjadi istri kakakku, Kamu tidak akan mendapat perlakuan baik dari aku, atau keluargaku yang lainnya. Jadi kamu jangan bermimpi untuk menjadi istri atau nyonya di rumah ini karena sudah menjadi istri dari Kakak aku! "Ujar Lita memberi peringatan kepada Dita, namun Dita tidak merasa terkejut mendengar perkataan Lita. Dita sendiri sudah meyakinkan diri bahwa dirinya tidak akan merasa bahagia atau tidak merasa mendapat perlakuan baik dari keluarga suaminya nanti.
"Saya mengerti Nyonya. Saya tidak akan berharap apapun dari pernikahan ini, saya sadar siapa saya, karena…
Tok tok tok
Dita langsung menghentikan kalimatnya saat mendengar pintu kamarnya di ketuk.