8 aku mau hak saat ini juga

1102 Kata
"Saya mengerti Nyonya. Saya tidak akan berharap apapun dari pernikahan ini, saya sadar siapa saya, karena… Tok tok tok Dita langsung menghentikan kalimatnya saat mendengar pintu kamarnya di ketuk. "Siapa yang mengganggu pagi-pagi begini?" Tanya Dita dengan pesannya, lalu melangkah mendekati pintu kamar Dita, dan membukanya dengan kasar. "Ada apa? "Tanya Lita dengan bentakan keras, saat mengetahui ternyata orang itu orang yang akan merubah penampilan Dita jadi seorang mempelai wanita. "Saya ditugaskan Pak Adi untuk melayani Nona Dita, hingga besok pelaksanaan acara pernikahan Nona, Dita dilangsungkan! "Ujar salah satu diantara dua wanita yang bertugas sebagai MUA, menjawab pertanyaan Lita. "Acaranya kan masih besok, kenapa kalian harus datang pagi-pagi begini? Memangnya semewah apa dan seistimewa apa pernikahan wanita rendahan itu besok?"Tanya Lita tidak percaya. "Kami juga tidak tahu Nona, kami hanya menuruti perintah dari Pak Adi saja. Untuk mengenai pertanyaan Nona, silahkan Nona ajukan pertanyaan Nona kepada Pak Adi langsung. "Ujar salah satu wanita yang bertugas sebagai MUA itu tanpa ada rasa takut pada Lita. Setelah Lita mendapat jawaban dari salah satu MUA itu, Lita langsung keluar dari kamar Dita, dan meminta dua wanita yang bertugas sebagai MUA itu untuk masuk ke dalam kamar Dita. "Kenapa menangis?" Tanya Ika lembut, saat mendapati Dita tengah menangis sesenggukan. Yah, MUA yang akan merubah penampilan Dita besok adalah, Ika. Ika adalah orang yang Dita kenal, karena Ika sudah pernah menghias Dita dengan cantik saat ada di klub malam. "Entah sampai kapan penderitaanku akan berakhir Kak, kakak ku sendiri mengirimiku ke neraka, bukan berusaha membahagiakan ku. Aku tidak tahu nasib buruk apalagi yang akan menghampiriku setelah ini!" Ujar Dita sambil memeluk tubuh Ika, karena menurut Dita, hanya Ika yang memperlakukan dirinya dengan baik. "Semua akan indah pada waktunya Nona, Nona hanya butuh stok kesabaran yang lebih lagi, agar Nona bisa meraih kebahagiaan yang Nona impikan." Ujar Ika menenangkan Dita, namun tetap saja Dita tidak merasa tenang, justru malah semakin mengencangkan suara tangisnya. "Nona, akan mendapatkan hadiah kebahagiaan yang setimpal dengan penderitaan yang Nona alami selama ini, asal Nona tetap sabar." Ujar teman kak Ika, yang dibalas dengan anggukan oleh Ika, Ika membenarkan perkataan temannya. "Terimakasih ya kakak baik, terimakasih." Ujar Dita pelan, karena masih belum menghentikan tangisnya. "Hari ini, Nona istirahat full, karena besok, tenaga Nona akan dihabiskan untuk acara pernikahan Nona." Ujar Ika lembut, yang dibalas dengan anggukan kecil dari Dita. Dita masuk ke dalam kamar mandi, untuk membersihkan tubuhnya, dan menolak bantuan dari Ika, yang ingin membantunya di kamar mandi. Setelah selesai dengan urusan mandinya, Ika meminta agar Dita mengisi perutnya terlebih dahulu, sebelum Dita tidur. Dita pun menurut, makan dan setelah istirahat seperti yang dikatakan Ika tadi. Ika sendiri tetap berada di kamar Dita tanpa meninggalkan Dita, sekalipun Dita sudah terlelap tidur. "Kasihan ya nona Dita, aku sudah banyak mendengar cerita dia dari teman-teman yang lain. Entah kurang apa Dita pada Doni, padahal Dita banyak berkorban buat Doni, tapi Doni masih tega membuat hidup Dita semakin menderita, dengan menyerahkan Dita pada pria yang tidak dikenalnya, sebagai kekalahan dalam taruhan dengan pria itu." Ujar Ika pada Fifi, temannya. "Iya, Kak. Sangat tidak beruntung dia dapat saudara yang tidak memiliki hati nurani seperti Doni." Ujar Fifi menimpali ucapan Ika tadi. "Ya sudah, ayo kita bersantai di sofa, biar Nona Dita tidak merasa terganggu." Ajak Ika pada Fifi, yang langsung dibalas anggukan kecil dari Fifi. Dua wanita yang bertugas untuk menjadi MUA Dita, sekaligus menjaga Dita, mulai bersantai di sofa tidak jauh dari ranjang dimana Dita tidur. Hingga menjelang sore hari, Dita terbangun karena tubuhnya terasa sangat sakit semua, akibat terlalu lama tidur. "Nona, sudah bangun?" Tanya Ika setelah berdiri di dekat Dita "Kak Ika, tidak pulang?" Tanya Dita saat melihat dua wanita yang tadi sedang berusaha menenangkan dirinya masih berada di kamarnya hingga dirinya bangun dari tidurnya. "Kita tetap disini sejak tadi, Nona." Jawab Ika lembut "Kalian sudah makan belum, kalian pasti lapar. Biar aku… "Kita sudah makan Nona, tidak perlu khawatir." Ujar Ika cepat, saat melihat Dita seperti akan turun dari ranjang. "Sekarang, Nona mandi, air mandi sudah saya siapkan." Ujar Ika lembut "Ya sudah, aku tinggal sebentar ya kak." Ujar Dita lembut, sambil beranjak dari tempat tidur, dan melangkah masuk ke kamar mandi. "Berendam Nona, biar tubuh Nona bisa kembali rileks." Ujar Ika lagi, sebelum Dita menutup pintu kamar mandi. Dita melakukan apa yang dikatakan Ika tadi, hingga memakan waktu yang lama di dalam kamar mandi. Setelah dirasa cukup, Dita kembali paksa untuk tidur oleh Ika, agar besok di acara pernikahan nya, Dita tidak merasa kelelahan. Awalnya Dita menolak keras, karena Dita sudah merasa sakit semua akibat terlalu lama tidur. Tapi karena Ika terus memaksanya, akhirnya Dita pun menurut dan tidur lagi meski tidak merasa ngantuk. Keesokan paginya. Jam 5 pagi, Dita sudah di bangunkan oleh Ika, dan kembali meminta Dita agar mandi dengan berendam. Dita hanya menurut saja seperti boneka hidup, hingga jam 6 pagi, Dita mulai siap di make up. Setelah make up yang super natural itu selesai, pintu kamar Dita terbuka lebar, dengan menampilkan sosok pria dewasa yang membuat Dita tanpa sengaja menjatuhkan bening kristal nya, dari pelupuk mata indahnya. "Kalau sudah siap, segeralah turun!" Titah Pak Adi tegas. Yah, pria itu adalah Pak Adi. Dita menangis karena dirinya akan menikah dengan Pak Adi, pria yang begitu sangat dewasa, dan pastinya sudah beranak istri. "Ayo, Nona!" Ujar Ika yang berhasil menyadarkan Dita dari lamunannya. Dita mulai berdiri dan melangkah keluar dari kamar, dengan didampingi oleh Ika dan Fifi. "Berhenti menangis, karena calon suami Nona tidak suka wanita cengeng!" Bisik Pak Adi saat Dita melewati tubuh Pak Adi. Dita yang mendengar bisikan Pak Adi tentu saja sangat terkejut. 'Calon suami, maksud Pak Adi apa, bukannya calon suami Dita adalah Pak Adi sendiri' gumam Dita dalam hati, yang berhasil membuat hatinya semakin tak karuan. Pikiran Dita semakin kemana-mana, saat Dita mulai duduk di depan Pak penghulu. "Sudah siap?" Tanya Pak penghulu, yang hanya dijawab anggukan saja oleh mempelai wanita. Pak penghulu pun mulai berjabat tangan dengan pria yang akan menikahi Dita, dan ijab Kabul pun dimulai. Pria yang akan menikahi Dita mengucapkan kalimat ijab qobul nya dengan satu tarikan nafas, hingga telinga Dita mendengar pertanyaan dari Pak penghulu. "Bagaimana para saksi, sah?" Tanya Pak penghulu Sah Dengan serentak mereka menjawab ucapan Pak penghulu, membuat Dita yang mendengarnya langsung menjatuhkan air matanya. Bukan air mata haru penuh kebahagiaan, tapi air mata penuh penderitaan. Jam 07.00 malam, acara pernikahan usai. Pria yang baru saja menjadi suami Dita langsung menarik pergelangan tangan Dita menaiki anak tangga untuk menuju kamar utama yaitu kamar paling besar dan paling mewah di antara kamar lainnya. Brak "Sekarang, kamu sudah menjadi istri sah ku, aku mau minta hakku saat ini juga!"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN