Jadi Wanita Pertama

1349 Kata
Tak ingin Freya jadi menyadari bahwa ia sempat terkejut setelah mendengar ceritanya, Arsen pun langsung berusaha menenangkan wanita itu dengan penuh kesabaran. "Sudah ya! Sekarang lebih baik kamu sabar! Lagi pula semua yang terjadi kemarin itu sudah lewat dan pasti enggak akan terulang lagi. Saya janji!" "Enggak bisa, Mas. Aku masih dendam sama mereka. Udahlah, Mas! Kalau kamu enggak ngerti, kamu diam aja!" Freya masih menunjukkan kebenciannya pada semua orang yang kemarin sudah sempat menghujatnya dan juga pada Arsen yang tidak mengerti dengan perasaannya. "Bukan saya enggak ngerti, Freya. Tapi, kalau kamu terus mengingat Elmer dan semua kejadian kemarin, itu hanya akan membuatmu jadi seperti ini. Sudahlah, lupakan semua! Lebih baik kamu buang jauh-jauh kenangan buruk itu dan sekarang mulai fokus dengan apa yang ada di hidupmu." "Ngomong itu memang gampang ya, Mas. Kamu mah enggak ngerti gimana perasaan aku sih! Aku enggak akan bisa tenang kalau belum menemukan Elmer karena masa depan aku dan anakku ada di dia." Seketika Arsen terdiam. Ia tak mampu mengatakan apa-apa lagi setelah mendengar Freya mengatakan hal itu. Ia merasa tidak pantas untuk menperdebatkan perkataan Freya yang hanya dapat membuat istrinya semakin kesal. Sebisa mungkin Arsen pun berusaha tenang dan diam-diam mengusap d**a. Setelah Arsen terdiam selama beberapa saat, Freya menatapnya dan kemudian mengatakan sesuatu yang terlintas di pikirannya. "Mas, kamu kan orang hebat. Aku bisa minta tolong enggak sama kamu?" tanyanya dengan sedikit ragu. "Kamu mau apa? Bilang aja!" Arsen kali ini fokus menatap lurus ke depan karena hendak masuk ke jalan tol. "Tolong bantu aku untuk menemukan keberadaan Elmer!" Mendengar hal itu tiba-tiba saja Arsen menginjak pedal rem secara mendadak hingga membuat tubuh keduanya terayun dan disusul suara klakson kendaraan yang ada di belakang. "Mas kamu kenapa ngerem mendadak sih? Kaget tahu, tuh liat orang-orang di belakang jadi ngomel." Freya menatap wajah Arsen dengan kedua alis yang saling bertaut, merasa bingung dengan apa yang terjadi. "Maaf, tadi saya lihat ada kucing nyebrang. Jadi, saya harus ngerem, kan? Ya, daripada kucingnya ketabrak," jawab Arsen beralasan, padahal kenyataannya tidak ada kucing yang menyebrang jalan. Freya yang pada saat itu tidak memperhatikan jalan pun percaya dengan perkataan suaminya. "Ya ampun, kamu benar juga, Mas. Kata orang kalau kita nabrak kucing nanti bisa sial loh. Jadi, keputusan yang kamu ambil udah tepat!" Arsen yang tersenyum canggung pun kembali melajukan kendaraannya memasuki jalan tol dan kali ini ia benar-benar berusaha untuk bisa lebih fokus karena tidak ingin membahayakan Freya yang tengah mengandung. "Freya, Freya … ternyata aku bohong pun kamu percaya, seharusnya kamu buktikan dulu kebenarannya sebelum percaya dengan kata-kata yang kamu dengar. Kalau kamu seperti ini, akan sangat mudah untukku bisa menyimpan rahasia tentangmu selamanya. Tapi, entah kenapa saat ini aku benar-benar merasa bersalah karena telah merahasiakan sesuatu yang penting darimu," gumam Arsen di kedalaman hatinya. "Mas, gimana jawaban kamu soal permohonanku?" tanya Freya yang ingin kembali membuka obrolan karena suasana hening hanya akan membuatnya menjadi canggung. "Permohonan yang mana ya?" "Wah sepertinya kamu enggak fokus gara-gara hampir nabrak kucing ya, Mas? Oke kalau gitu, aku ulangi lagi perkataanku sebelumnya. Aku mau minta bantuanmu, Mas. Tolong bantu aku agar aku bisa menemukan Elmer, aku yakin itu perkara mudah buat kamu, Mas! Lagi pula kan kamu banyak relasi." "Kita bahas nanti ya, Freya! Pokoknya sekarang saya harus fokus nyetir dulu, soalnya kalau diajak ngobrol nanti saya jadi enggak bisa fokus!" jawab Arsen tanpa mengalihkan pandangannya sedikit pun dari jalanan. Pria itu berusaha menghindar agar tidak perlu menjawab apa yang Freya tanyakan. Sementara itu, Freya pun hanya berdeham dan merebahkan kepalanya untuk bersandar. Berusaha rileks melewati perjalanan menuju rumah Arsen yang ia tidak tahu ada di mana. "Baiklah, Mas! Nanti kita bahas kalau udah sampai aja." Setelah menempuh perjalanan yang singkat, kini Freya telah tiba di rumah suaminya. Wanita itu sempat tak percaya ketika melihat rumah yang super megah di depan matanya, tetapi hanya ditempati oleh satu orang saja selama ini. "Mas, jadi selama ini kamu tinggal sendirian di rumah yang sebesar ini?" tanya Freya merasa sangat heran. "Iya, habisnya saya belum punya pasangan. Jadi, mau tinggal sama siapa lagi coba kalau enggak sendiri." Jawaban Arsen seakan menyampaikan pada Freya jika wanita itu adalah yang pertama kali diajak ke rumahnya untuk tinggal bersamanya. "Kenapa kamu enggak tinggal sama orang tuamu aja biar enggak sendirian?" "Orang tua saya tinggal di London. Mereka mulai menetap di sana sejak 4 tahun yang lalu dan sebelum mereka pindah saya juga tinggal sendiri kok karena mau hidup mandiri agar urusan saya enggak dicampuri sama mereka." "Terus kamu beresin rumah sebesar ini sendirian? Memangnya sanggup? Kalau aku sih beneran enggak sanggup, Mas. Nanti yang ada baru beresin satu lantai, aku bisa langsung pingsan." "Kamu takut saya minta kamu untuk beres-beres dan mengerjakan pekerjaan rumah ya?" tanya Arsen yang mengerti jika hal itu adalah sesuatu yang ditakuti oleh Freya hingga wanita itu berulang kali menolak untuk diajak tinggal bersamanya. Freya menatap sekilas rumah yang luas dan berlantai dua tersebut. Ia dapat melihat terdapat banyak ruangan dan ada banyak furniture mahal di setiap sisi rumah mewah tersebut hingga membuatnya kesulitan menelan salivanya ketika bayangannya saat harus membersihkan rumah itu terlintas di benaknya. "Mas, aku udah bilang kan sejak awal kalau aku enggak mau disuruh-suruh sama kamu selama tinggal di rumah ini. Pokoknya aku enggak mau beresin rumah kamu, apalagi cuciin pakaianmu, aku juga enggak mau disuruh masak kalau aku belum bisa masak. Kamu paham, kan, Mas?" Tiba-tiba saja Arsen tertawa dan Freya selalu terbuai dalam kekaguman setiap kali melihat pria itu tersenyum dan tertawa. "Saya enggak mungkinlah nyuruh kamu mengerjakan semua pekerjaan rumah, nanti yang ada kamu kecapekan. Lagi pula saya paham dengan kondisi kamu kok. Kamu tenang aja ya! Segala urusan rumah dan masak akan ada pelayan dan chef yang datang ke sini setiap pagi, lalu setelah menyelesaikan tugasnya, mereka kembali ke rumah utama. Jadi, kamu akan tenang selama tinggal di rumah ini, tapi kamu harus ingat ya punya jadwal belajar masak tiap Sabtu dan Minggu!" jawab Arsen yang cukup membuat Freya bisa kembali bernapas lega. "Ok, aku enggak akan lupa kok! Oh ya, Mas, walau kita sudah menikah, aku tetap boleh kerja, kan? Masalahnya jatah aku cuti cuma satu Minggu," tanya Freya sembari menepati salah satu sofa untuk didudukinya. Sementara Arsen duduk di seberangnya. "Kerja? Memangnya kamu masih sanggup kerja dalam keadaan hamil begini?" tanya balik Arsen dengan kedua alis yang saling bertaut. "Masih dong, lagian kerjaan aku enggak berat kok. Cuma menyambut kedatangan tamu di meja resepsionis." "Apa kerjaan kamu?" "Resepsionis di Luxury Hotel dan jatah aku libur cuma hari Selasa, selebihnya aku masuk full." "Kalau saya enggak kasih izin, itu artinya kamu akan mengajukan surat pengunduran diri, kan?" tanya Arsen yang seketika membuat Freya kesal. "Maksudnya kamu minta aku berhenti karena enggak bisa kasih izin? Tapi, kenapa kamu enggak izinin aku aja sih, Mas? Aku enggak mau ya kamu ikut campur urusan pribadiku!" "Kamu itu istri saya, tahu kan tugasnya seorang istri? Mematuhi perintah suaminya. Lebih baik kamu diam di rumah dan enggak perlu susah-susah kerja karena saya yang akan bertanggung jawab dengan semua kebutuhan kamu!" "Mas, masalahnya aku enggak bisa cari informasi apa-apa tentang Elmer kalau hanya berdiam diri aja di rumah, kalau di tempat kerja kan aku punya kesempatan karena ketemu banyak orang untuk cari tahu di mana keberadaannya!" "Terus kamu yakin bisa mendapatkan informasi tentang Elmer selama kamu kerja?" "Enggak yakin juga sih, Mas, tapi di dunia ini enggak ada yang enggak mungkin, kan? Jadi, menurutku enggak ada salahnya aku mencoba dan melakukan semua hal yang aku bisa!" "Kalau seandainya kamu dapat informasi di mana Elmer sekarang, apa yang akan kamu lakukan?" tanya Arsen yang menatapnya dengan serius. "Aku mau datang temuin dia, tanya kenapa dia ninggalin aku gitu aja, dan yang pasti aku akan tetap meminta pertanggungjawaban dari dia untuk anak ini!" "Tanggung jawab yang seperti apa? Boleh saya tahu?" Freya terdiam saat ditanya seperti itu oleh suaminya, ia sendiri bingung hal apa yang ia inginkan setelah bertemu dengan Elmer nanti. "Aku juga enggak tahu, Mas. Tapi yang jelas, aku harus menemuinya dan menanyakan alasan kenapa dia pergi di hari pernikahan kami?" Arsen hanya diam mendengar perkataan Freya. Memikirkan sesuatu hingga membuat kedua alisnya saling bertaut dalam.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN