Jemaah Bersama

925 Kata
“Freya, bangun yuk! Ini sudah azan subuh loh. Ayo kita salat jemaah.” Arsen yang baru beberapa menit lalu terbangun langsung membangunkan istrinya karena mulai subuh ini ia akan salat berjemaah dengan Freya, tidak ingin ketinggalan salat subuh seperti kemarin karena ia terlambat bangun, dan baru bangun setelah Freya selesai salat subuh duluan. Freya pun menggeliat, lalu ia membuka mata saat tangan kekar dan berotot itu menyentuh lengannya. “Kamu salat duluan aja, Mas. Aku nanti nyusul.” Jawaban itu terdengar parau dan berat khas suara baru bangun tidur. “Enggak, Freya. Mulai hari ini kita harus salat sama-sama ya.” Arsen begitu lembut mengajak istrinya. “Enggak mau ah, Mas. Salat sendiri-sendiri aja!” Walau sang istri menolak ajakannya, namun Arsen dengan sabar terus membujuknya. “Freya, salat jemaah itu memperbanyak pahala loh. Jadi cepat bangun yuk, ambil wudhu, lalu kita salat!” “Mas, bisa nggak sih kamu tuh enggak usah maksa?” Freya yang kesal pun langsung duduk di tepi ranjang sambil menatap Arsen dan bibirnya tampak mengerucut. “Saya enggak lagi maksa kamu, Freya. Saya lagi ngajak kamu salat bareng. Apa kamu mau saya gendong untuk ngambil wudhu?” Mendengar tawaran yang menakutkan itu membuat Freya bergegas bangkit dan langsung berlari menuju kamar mandi untuk mengambil wudhu. Arsen yang melihat itu tentu saja tersenyum sambil menggeleng pelan melihat ekspresi ketakutan Freya saat mendengar ucapannya tadi. Lalu ia pun membentang dua sajadah dan menyiapkan mukena untuk Freya kenakan salat nanti. Setelah selesai berwudhu Freya pun mengenakan mukena. Kemudian ia mulai menjalankan salat yang diimami oleh Arsen untuk pertama kalinya. Walau ada perasan canggung, tetapi dalam hati Freya merasa terharu karena mulai hari ini dirinya akan salat diimami oleh suaminya. Arsen ternyata begitu fasih membaca doa dan suaranya terdengar sangat merdu, membuat Freya tak dapat menyembunyikan perasaan kagum yang kini tumbuh dalam hati. Saat attahiyatul terakhir dan setelah mengucapkan salam, Arsen memutar tubuhnya ke belakang untuk menghadap Freya. Lalu ia menyodorkan tangan kanannya di hadapan wanita itu yang disambut dengan kerutan dahi. Walau sempat terkejut, tetapi Freya mengerti akan maksud Arsen dengan menyodorkan tangannya. Ia pun segera menjabatnya dan mencium punggung tangan Arsen sambil menutup mata karena merasa canggung luar biasa. "Freya, saya minta maaf ya kalau sejak kemarin saya sering bikin kamu kesal. Saya tahu kamu menjalani pernikahan dengan saya karena terpaksa, tapi saya janji akan membahagiakan kamu semampu saya, dan saya akan bertanggung jawab penuh atas diri kamu sebagai seorang suami." Entah mengapa mendengar perkataan Arsen saat itu membuat hati Freya terenyuh. Ia dapat menilai jika Arsen adalah pria yang baik dan bertanggung jawab. "Mas, kamu enggak perlu bilang begitu. Justru harusnya aku yang minta maaf karena udah buat kamu terjebak dalam pernikahan ini. Aku juga mau bilang makasih banget karena kamu udah menyelamatkan hidup aku. Kemarin itu bukan untuk pertama kalinya kamu menyelamatkan hidupku, Mas. Dan, kamu enggak perlu repot-repot karena bahagiaku bukan tanggung jawab kamu." Arsen tersenyum dan menggelengkan kepala. Ia sama sekali tidak merasa terjebak dengan semua ini. "Enggak Freya, sejak saya mengucapkan ijab kabul kemarin kamu adalah tanggung jawab saya. Jadi, kamu bisa kan mulai hari ini belajar anggap saya sebagai seorang suami, minta apa pun yang kamu butuhkan, dan ceritakan keluh kesahmu setiap hari." Freya bingung harus menjawab apa, tapi semakin Arsen menunjukkan kebaikannya di hadapan Freya semakin wanita itu merasa bersalah atas kehidupan yang Arsen jalani saat ini bersamanya. "Kenapa diam? Apa permintaan saya terlalu berat untuk kamu iyakan?" Arsen bertanya kembali saat Freya hanya diam sambil menunduk dan tak berani menatap matanya lagi. Freya pun memilih bangkit dari posisi duduknya untuk menghindari pertanyaan Arsen, lalu dengan cepat ia melipat sajadah, dan melangkah menuju ranjang dalam keadaan mukena yang masih melekat. Sementara Arsen berusaha untuk memahami Freya dan sama sekali tidak marah saat sang istri malah menghindar darinya. "Aku enggak akan maksa kamu, Freya. Aku akan sabar menunggu sampai saatnya nanti kamu mau menganggapku sebagai suamimu," batin Arsen seraya tersenyum. Senyuman itu terlihat tulus menghiasi wajahnya yang tampan tanpa ada cacat sedikitpun. Arsen bergegas merapikan sarung, peci, dan sajadah setelah selesai mengenakannya. Lalu meletakkannya di tempat semula. Kemudian pria yang berprofesi sebagai CEO di perusahaan property dan real estate itu melangkah keluar dari kamar dan turun menuju lantai dasar. Tujuannya adalah dapur. Ya, Arsen hendak memasak untuk menu sarapan bersama sang istri pagi ini. Ia ingin makan masakannya sendiri dan semalam sudah menghubungi pelayan juga chef untuk tidak datang ke rumahnya hari ini. "Freya kayaknya suka banget deh sama sop iga, mending aku buatin dia sarapan sop iga aja deh biar makannya lahap!" gumam Arsen setelah sempat berpikir akan memasak apa pagi ini. Namun, saat membuka kulkas ternyata stok iga tinggal sedikit, hanya cukup untuk satu porsi. Isi kulkas pun tampak menipis menandakan sudah waktunya belanja mingguan. "Masak buat Freya aja deh berarti, aku bisa makan nasi goreng." Arsen pun mengeluarkan stok iga yang sempat ditatapnya dari freezer dan meletakkannya di wastafel. Sambil menyiapkan bahan-bahan untuk di masak, sebuah ide tiba-tiba saja terbesit dalam benak Arsen. "Mending mulai sekarang aku aja yang belanja mingguan, sekalian ajak Freya jalan-jalan biar dia enggak bosan. Jadi siang ini kita ada kegiatan dan enggak di rumah terus. Semoga aja Freya mau diajak belanja dan enggak nolak," batin pria itu sembari menarik sebelah sudut bibirnya dan tersenyum tipis setelah mendapat sebuah ide untuk melakukan kencan pertama bersama sang istri. Biasanya Arsen tidak pernah pergi belanja untuk stok keperluan rumah dan dapur karena itu tugasnya pelayan di rumah utama. Namun, kali ini ia berkeinginan tinggi agar memiliki alasan untuk mengajak Freya jalan-jalan dan memperbanyak momen keduanya menghabiskan waktu dengan berkualitas.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN