Setelah cukup lama di pusara, Niko akhirnya mengajak putrinya untuk pulang.
"Ngomong-ngomong, teman yang mana?" Tanya Niko saat mereka sudah ada di mansion, mereka tidak pulang bersama dalam satu mobil karena Leya membawa mobil sendiri.
"Hanya teman dekat." Ucap Leya lalu Niko tidak sengaja melihat leher putrinya yang memiliki bekas merah meakipun itu sedikit samar.
"Lelaki?" Goda Niko tersenyum yang sepertinya Leya sudah memiliki pria yang dia pilih.
Leya terkekeh namun tidak menjawab perkataan ayahnya.
"Siapa yang sudah bisa meluluhkan hati putri Papa." Kata Niko yang masih saja menggoda putrinya.
"Dia pria tampan, aku sangat mencintainya, dan Papa mengenalnya." Kata Leya terkekeh yang membuat Niko mengerutkan dahinya namun tersenyum.
"Siapa?" Tanya Niko semakin penasaran.
"Nanti Papa juga akan tau. Dia berencana ingin datang kesini bersama orang tuanya untuk melamarku." Kata Leya.
"Benarkah? Katakan jika Papa menunggunya." Kata Niko yang tentu saja senang. Dari raut wajah Leya mengatakan jika Leya sangat bahagia dengan pria-nya, dan tentu saja Niko juga ikut bahagia melihatnya.
*****
Di mansion, Selena melihat putranya yang sudah pulang.
"Sudah bersenang-senangnya?" Sindir Selena yang membuat Max merangkul ibunya namun di tepis oleh ayahnya.
"Jangan memeluk istriku." Kata Logan yang membuat Max malas.
"Dia ibuku." Kata Max.
"Dia milikku." Kata Logan
"Dia juga milikku." Kata Max yang tak mau kalah dengan ayahnya yang membuat Selena pusing sendiri.
"Mommy itu milikku." Ucap wanita cantik yang baru saja turun dari kamarnya dan langaung memeluk Selena yang akhirnya membuat Selena terkekeh.
"Kalau wanita ini juga milik Daddy." Kata Logan yang juga memeluk kedua wanita yang dia cintai ini.
"Ck!" Max berdecak yang membuat Zoya terkekeh.
"Kakak milik aku juga." Kata Zoya yang akhirnya memeluk Max yang membuat Max tersenyum tipis dan membalas pelukannya dan mencium kening adiknya.
"Ngomong-ngomong, kata Mommy, aku sudah memiliki kakak ipar? Kenapa tidak di ajak ke sini?" Tanya Zoya yang melepas pelukan kakaknya.
"Nanti pasti di ajak." Kata Max lalu duduk di sofa yang di ikuti oleh mereka semua.
"Dia cantik tidak?" Kata Zoya menggoda kakaknya.
"Cantikan mana denganku?" Tanya-nya yang membuat Max tertawa.
"Kau paling cantik." Kata Max mencubit pipi adiknya yang membuat dia terkekeh.
"Jika aku sudah memiliki kekasih, aku juga ingin pria itu tampan seperti kakak." Kata Zoya namun malah di sentil oleh Max yang membuat Zoya meringis.
"kau masih sekolah, jangan mencari kekasih dulu." Kata Max yang akhirnya membuat Zoya terkekeh.
"Lagian, jarak aku denganmu kenapa jauh sekali, kakak saja sudah berumur 30 tahun, aku masih 17 tahun." Kata Zoya.
"Sebelum kau ada di rahim Mommy, sudah ada 4 saudaramu yang jadi, tapi sayangnya tuhan memanggil mereka sebelum dilahirkan, tapi tuhan memberikan Mommy dan Daddy kesempatan, akhirnya kau tidak sengaja tercetak, apa kau tau saat kau ada di kandungan Mommy dia—" Kata Max.
"Max." Tegur Selena karena sepertinya Max terlalu jauh menceritakan kejadiannya dulu saat mengandung Zoya yang memang membutuhkan banyak perjuangan.
Max sendiri juga akhirnya menyadari perkataannya.
"Kenapa? Kalian tadinya ingin anak laki-laki ya?" Tanya Zoya yang mungkin saja sebenarnya ibu dan ayahnya sebenarnya menginginkan anak laki-laki.
"Tidak seperti itu, maksut kakak-mu, Mommy dan Daddy sangat menyayangimu, bukan hanya mereka , kakak dan semuanya juga menyayangimu. Kau mutiara di keluarga kami, hanya saja memang saat Mommy mengandungmu, perjuangannya sangat panjang. Tapi sudah terlewati saat kau dilahirkan dengan selamat dan sehat." Kata Logan pada akhirnya.
Zoya akhirnya beralih memeluk ibunya lagi.
"Mommy pasti kesakitan waktu itu ya, terima kasih sudah melahirkan-ku, aku berharap aku masih bisa melihat Mommy dengan waktu yang lama." Kata Zoya yang membuat Selena malah terkejut.
"Kenapa berbicara seperti itu, tentu saja kau akan terus bisa melihat Mommy dan berada di samping Mommy dan kita semua." Kata Selena namun Zoya hanya menanggapinya dengan senyuman.
Namun entah kenapa Selena menjadi kepikiran dengan perkataan putrinya, dia meraskaan harinya sakit dan gelisah, seolah-olah dia memang akan kehilangan Zoya.
Dikamar. Selena masih merasa tidak tenang dan bahkan melamun, namun sampai akhirnya tersadar karena suaminya memeluknya.
"Ada apa, Sayang?" Tanya Logan yang membuat Selena tersenyum.
"Entahlah, aku merasa tidak enak dengan perkataan Zoya." Kata Selena jujur.
"Zoya? Kenapa dengannya? Perkataan yang mana?" Tanya Logan yang akhirnya melepaskan pelukannya dan membalikkan tubuh istrinya.
"Tidak apa, lupakan saja. Sepertinya aku hanya berlebihan saja." Kata Selena yang tidak mau suaminya juga terbeban.
"Semua akan baik-baik saja. Jangan menghawatirkan dan memikirkan sesuatu yang berlebihan, Sayang." Ucap Logan yang di angguki olehnya, dia sepertinya memang sudah sedikit berlebihan.
*****
Beberapa hari berlalu, Max dan Leya tidak bertemu lagi karena mereka berdua sama-sama sibuk dengan pekerjaan mereka, terutama dengan Max.
Dia kini meting bersama Niko, namun Niko sama sekali belum tau jika dirinya adalah kekasih putrinya.
"Senang sekali berbisnis denganmu, Max." Ucap Niko tersenyum dan menjabat tangan Max yang ditanggapi-nya dengan senyuman.
"Senang juga berbisnis dengan, Paman." Kata Max.
"Baiklah, aku pergi dulu." Kata Niko yang di tanggapi Max dengan anggukan.
"Paman! Tunggu!" Cegah Max yang membuat Niko akhirnya berhenti dan menoleh.
"Apa aku bisa berbicara dengan Paman sebentar." Tanya Max yang membuat Niko mengerutkan dahinya.
"Apa ada masalah tentang pembicaraan kita tadi?" Tanya Niko.
"Bukan, Paman. Ada hal lain." Kata Max yang ingin berbicara tentang hubungannya dengan Leya.
"Baiklah, katakan saja." Kata Niko.
"Paman, sebenarnya aku dan—
Perkataan Max terhenti karena ponsel Niko berdering dan Niko pun meminta Max untuk menghentikan perkataannya sebentar dan melihat siapa yang menghubunginya.
"Max, maafkan aku, sepertinya kita berbicara lain waktu saja, karena aku sebentar lagi ada meting lagi," kata Niko yang akhirnya di angguki oleh Max.
"Tidak apa, Paman!" Ucap Max yang sepertinya memang dia harus pergi menemui Niko saat dia berkunjung dengan orang tuanya.
"Baik, sampai jumpa." Niko langsung keluar dari ruangan Niko karena dia dan Max tadi memang meting di ruangannya.
Setelah keluar dari kantor dan berada di mobil. Niko menghubungi seseorang, sebenarnya tadi hanyalah sebuah alasan ketika ponselnya berdering dan mengatakan jika ada meting lagi, namun sebenarnya ponselnya berdering karena anak buahnya menghubunginya, dan mungkin itu adalah hal yang penting, untuk itu dia buru-buru keluar dari ruangan Max karena tidak mungkin dia menerima telefon dari anak buahnya di depan Max.