Teriakan Kaluna tidak menghentikan Anggara sama sekali. Dia mematikan mesin mobil tepat di depan rumah Kaluna, lalu turun dengan santai. Dibiarkannya Kaluna terus mengekor sambil sesekali merengek dan menarik ujung bajunya. Kaluna menepuk jidatnya ketika Anggara sudah mengetuk pintu. “Om sudah, pulang saja sana!” Anggara justru kembali mengetuk pintu, karena masih belum ada juga yang membukakan. “Om, ya ampun! Sana pulang, ah! Nanti aku dimarahin papa!” Karena panik Kaluna menarik tangan Anggara dengan kencang. Hingga pria itu kini bertukar tempat dengannya. Kaluna yang berdiri di depan, tepat menghadap pintu. Sedangkan Anggara hanya geleng-geleng kepala, dia mengedarkan pandangan ke arah jendela yang tertutup gorden. Berpikir apakah ada orang di rumah, atau akan dia bawa lagi saja

