Kaluna masih hanya berdiri di belakang kursi Naswa, berjarak dua meter saja, ketika menu-menu istimewa dihidangkan di atas meja panjang. Naswa beserta para temannya itu menyantap makanan diiringi obrolan mereka dan sesekali terdengar tawa renyah. Jelas terdengar bahan obrolan mereka seputar bisnis, lalu putra-putri mereka yang telah memiliki karir mapan. Beberapa menceritakan anak bungsu mereka yang masih kuliah di luar negeri. Terdengar begitu seru dan asyik sekali. Namun tak ada satupun di antara mereka, termasuk Naswa, yang menoleh ke belakang. Sekadar menawarkan Kaluna untuk minum atau duduk. Kaluna menghela napas dalam, kakinya mulai terasa pegal. Pandangannya beredar. Dia lihat ada meja kecil yang hanya berisi dua kursi agak di pojokan, tapi tidak terlalu jauh dari meja Naswa. Teng

