“Kinara!” “Ohh!” Tubuh Kinara menyusul mendarat dan tepat di atas tubuh kekar Nayaka. Mereka saling bertatapan untuk beberapa saat. “Kinara, ayo bangun!” Namun Kinara justru tersenyum tipis dengan tatapan mata yang sendu tapi menggoda. Dia tidak berusaha bangkit sama sekali, justru tangan kanannya dengan berani menyentuh wajah Nayaka dengan lembut. “Wahh jangan-jangan kamu nih yang sudah minum obat perangsangnya? Iya, kan?” Nayaka melihat wajah Kinara yang memerah, lalu tatapan matanya yang sendu tapi berusaha menggoda semakin membuatnya merasa yakin. “Ah, entahlah, yang jelas aku merasa nyaman dan bahagia sekali di sini. Aromamu juga membuatku semakin bergairah.” Kinara terus saja meracau. Meskipun Nayaka telah berusaha menyadarkannya dengan terus-menerus mengatakan tentang rencana

