Eunha menoleh pada Devan. Perlahan, tangannya terangkat dan menyentuh sisi rahang Devan. "Mungkin karena waktu itu aku masih terlalu muda. Tapi sekarang, aku udah dewasa. Cinta nggak bisa cuma dari hati. Aku terdorong untuk berani ngelakuin itu. Feromone kamu berhasil menghancurkan perisai yang kupasang selama ini," kekeh Eunha sambil menarik tangannya dari rahang Devan. Devan tertegun. Matanya terus menyoroti lekuk wajah Eunha, juga mata hazel yang menyipit ketika tertawa. Indah sekali. Dua lesung yang tertanam di pipi chubby gadis itu juga menjadi sensasi pemanis. Bibir mungil merekahnya seakan memancing gairah yang bergejolak di d**a Devan. "Kamu cantik," puji Devan. Eunha berhenti tertawa, menatap binar serius dari iris mata cokelat madu itu. Tatapan serius Devan justru membuat E

