Seharian lebih, suasana di rumah Keluarga Wijaya seakan membeku. Tak ada yang beranjak keluar dari kamar, baik itu Papa Frans maupun Si Kembar. Saat senja terlewati pun, tak ada dari mereka yang turun untuk makan malam. Di ruang makan itu, hanya ada Mama Wendi dan Eunha. Keduanya saling memandang dengan raut sedih. "Om Frans juga nggak mau turun, Tan?" Mama Wendi menggeleng. Beliau bangkit dari duduknya dan menyiapkan hidangan makan malam untuk suaminya. "Om Frans pasti masih sedih, Eunha. Mending kamu juga anterin makan malam sama mereka, ya!" Mama Wendi pergi meninggalkan meja makan dengan nampan di tangannya. Eunha pun mematuhi dan menyiapkan makan malam yang sama untuk dua saudara kembar itu. Dia menoleh pada Bi Sumi yang membantunya. "Nanti Bibi anterin ke kamar Devan, ya!"

