Mata Mama Wendi mulai berkaca-kaca. Sementara itu, Arka masih menatap foto-foto itu dengan sinar mata dingin. Dia mengerti apa yang coba dijelaskan oleh mamanya. Kesehatan Devan pasti menjadi alasan mereka untuk tak bisa berlaku adil. "Memangnya kenapa, Ma? Aku tau itu. Tapi bukan aku yang bikin Devan menderita penyakit itu, kan? Lalu, kenapa harus aku yang ngalah? Ini nggak bisa kalian jadikan alasan untuk lebih milih Devan dibanding aku!" Arka hendak beranjak. Namun, Mama Wendi menahan lengannya dan menatapnya dengan teduh. "Dengarkan Mama dulu, Ka." Arka mencoba untuk tenang, membiarkan mamanya lanjut bicara. Kembali duduk di sisi beliau. "Saat itu, bisnis papamu sedang di tahap awal. Kami hidup dengan penuh kerja keras dan semangat. Karena kami tau, jika kami menyerah, maka kedua

