140. Pamit untuk Terakhir Kalinya

1007 Kata

Keesokan harinya, di ruang makan yang dipenuhi aroma teh hangat dan sarapan pagi, Rina duduk bersama Aqlan dan Caroline. Suasana hening sejak awal, dan akhirnya Aqlan membuka pembicaraan. “Mom, kami ada rencana ke Semarang,” ucapnya hati-hati, menyuap roti ke mulutnya. “Rina ingin bertemu keluarganya.” Caroline yang tengah menyendok sup, seketika menghentikan gerakannya. Matanya langsung menatap tajam putranya. “Kalian apa?” suaranya terdengar tenang tapi dingin. “Ke Semarang? Ke pondok itu?” “Bukan untuk menginap, Mom,” jawab Rina cepat, mencoba menenangkan. “Hanya ingin bertemu sebentar saja.” “Setelah semua yang mereka lakukan padamu, kamu masih mau menemui mereka?” Caroline meletakkan sendok dengan sedikit denting. “Dan kamu, Aqlan, kenapa kamu izinkan? Bukankah kamu sendiri yang

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN