Umi menarik napas dalam, mencoba menahan emosi yang mulai bergolak di dadanya. Ia melirik Abah yang masih bersikap dingin, lalu kembali menatap Rina yang berdiri di hadapannya dengan wajah tenang, seolah keputusan pindah ke Italia bukanlah hal besar. “Kenapa tiba-tiba, Nduk?” tanya Umi pelan, suaranya nyaris tak terdengar. “Kenapa harus sejauh itu?” Rina menunduk sejenak, mencoba menenangkan hatinya yang sebenarnya penuh gejolak. Ia tahu keputusan ini akan menyakiti ibunya, tapi ia juga tahu, tinggal di Indonesia hanya akan terus membuatnya terjebak dalam luka dan konflik yang tak kunjung sembuh. "Karena aku lelah, Mi...," ucap Rina lirih, suaranya nyaris tak terdengar. "Aku sudah berusaha menjadi anak yang baik. Aku mencoba menuruti semua yang kalian inginkan, tapi entah mengapa, aku s

