Dokter sudah pergi dari sana bersama suster setelah membenarkan infus Syafi dan memeriksa keadaan Syafi yang sedikit shock. “Eum, aku harus panggil pak atau mas atau lo?” tanya Syafi. “Terserah kamu,” jawab Aqlan dengan nada suara dingin. “Kamu sudah mengurus surat cerainya?” tanya Syafi. “Kamu tahu bagaimana pekerjaan di kantor. Dan kamu, setelah ini masih ingin bercerai? Kamu tidak mau melawan ucapan orang tuamu?” tanya Aqlan. “Kamu enggak marah sama sekali karena aku bohongin kamu?” tanya Syafi. “Marah? Untuk?” tanya Aqlan yang dahinya mengernyit. “Statusku, aku membohongi kamu dengan kedua orang yang nyatanya semua tidak dua orang,” jawab Syafi. “Apa sedari awal kamu ada niat untuk berbohong?” tanya Aqlan menatap serius Syafi. “Bukankah kamu bilang, yang seharusnya menjadi pas

