Suatu pagi, Dara melangkah masuk ke kamar dengan langkah pelan. Sinar matahari menerobos lembut melalui tirai jendela, namun tak mampu menghangatkan hatinya yang diliputi kegelisahan. Pikirannya terus melayang pada satu hal—kontrak pernikahan mereka. Dua minggu lagi, dan semuanya akan berakhir. Tapi hingga kini, belum ada satu pun kejelasan dari Elang. Dara membuka laci meja, menarik satu per satu dokumen yang tersusun di sana. Tangannya mulai gemetar saat tak menemukan berkas kontrak itu. Ia lalu beralih ke lemari kecil, memeriksa map biru tempat biasa ia menyimpan dokumen penting. Tapi hasilnya tetap sama—kontrak itu tidak ada. “Ke mana, ya?” bisiknya pada diri sendiri, bingung. Apakah Elang yang memindahkannya? Atau … sengaja disimpan? Rasa panik mulai merambat dalam hatinya. Kontr

