Beberapa jam kemudian, Intan tiba di rumah nenek Dara dengan langkah tergesa. Sejak semalam ia merasa cemas—pesan singkat dari Dara begitu dingin, terlalu berbeda dari biasanya. Intan tahu, sahabatnya itu sedang berduka hebat setelah perpisahan dengan Elang. Karena itulah ia datang hari ini, berniat menghibur Dara dan mengajaknya pergi ke luar kota sebentar, ke villa kecil milik pamannya di Puncak. Tempat itu tenang, sejuk, jauh dari hiruk-pikuk yang mungkin bisa membantu Dara melupakan sejenak luka hatinya. Namun, begitu sampai di depan pintu rumah, Intan langsung diliputi perasaan tak enak. Ia mengetuk pintu berkali-kali sambil memanggil nama Dara, tapi tak ada jawaban. “Dara...kamu dimana?” ucapnya kembali memanggil. Mobil Dara ada di depan, yang berarti ia seharusnya di rumah.

