Di sudut ruangan kecil rumah neneknya, Dara duduk dengan lutut ditarik ke da-da, menatap layar ponselnya yang menyala tapi kosong. Tak ada pesan. Tak ada panggilan masuk. Hening. Ponsel itu seolah hanya menjadi pengingat bahwa ia masih menunggu seseorang yang tak pasti. Sejak pagi ia sudah bolak-balik memeriksa, berharap nama Elang muncul di layar, entah sekadar sapaan, pertanyaan, atau permintaan untuk bertemu. Tapi yang datang hanyalah keheningan, membuat dadanya makin sesak. Dara menggigit bibir bawahnya, menahan tangis yang mulai menggenang di pelupuk mata. Hatinya masih menyimpan harapan, tapi harapan itu kini samar. Apakah Elang masih memikirkannya? Apakah semua kenangan selama ini hanya akan jadi masa lalu? Dara hanya ingin satu hal, kejelasan. Bukan janji-janji yang mengga

