Setelah malam itu, hubungan Dara dan Elang tak lagi sama. Ada keheningan berbeda saat mereka duduk berdampingan di meja makan pagi itu, saling mencuri pandang lalu tersenyum kecil, seolah menyimpan rahasia yang hanya mereka berdua pahami. Keintiman yang telah terjadi semalam bukan hanya menyatukan tubuh, tapi juga membuka celah di hati mereka yang selama ini terkunci rapat. Dara sesekali menunduk, menyembunyikan rona pipi yang tak bisa ia kendalikan setiap kali Elang menatapnya terlalu lama. Elang, di sisi lain, tampak lebih tenang—tapi matanya tak pernah bisa berbohong. Ada kelembutan yang tak biasa, juga perhatian yang terasa semakin nyata. Ia meraih tangan Dara di atas meja, menggenggamnya dengan hangat. “Aku tahu semuanya nggak langsung jadi mudah,” ucap Elang perlahan. “Tapi aku ing

