9. Not Well

1039 Kata
Rachel yang kini duduk di posisi kemudi mobil melirik Syena yang sejak pulang dari cafe terus memperlihatkan wajah tak senang, bahkan ia terus berulang-ulang melihat foto yang tadi ia ambil di cafe sambil berdecak. "Mbak nggak papa mbak?" tanya Rachel ingin memastikan. Syena lagi-lagi melihat foto di layar ponselnya sambil menghembuskan napas keras, "aku benar-benar kesel sekarang." "Emang itu foto siapa sih mbak? Dan apa masalahnya sama Mbak Sye?" Setelah berpikir sejenak akhirnya Syena memutuskan untuk buka suara karena kini ia butuh tempat untuk meluapkan amarahnya, "oke aku cerita ke kamu aja deh Chel," "Ya silahkan mbak," "Jadi yang tadi itu namanya Alina, dan dia itu adalah cewek yang paling dispesialin banget sama Bara. Mata Bara cuma bisa melek liat dia doang." "Bara ini siapa mbak?" Syena menggaruk sekilas kepalanya, "dia itu cowok yang lagi dijodohin denganku sekarang." Mulut Rachel langsung ternganga karena kaget mendengar ucapan Syena, "jadi cowok yang mbak deketin masih punya pacar!?" "Bukan pacar juga sih." "Terus apa dong mbak?" tanya wanita berambut sebahu itu begitu penasaran. "Ya cuma Bara doang kayaknya yang suka, tapi si Alinanya juga manfaatin sikap si Bara. Dan kamu liat sendiri kan di sisi lain saat Bara nggak ada dia asik main sama cowok lain." "Owalaaah, kasian Mas Bara nya dong mbak," "Alina itu bentukannya aja kayak cewek baik-baik, tapi macam uler. Bara nya juga g****k, bisa-bisanya bucin sampai mati sama orang yang jelas-jelas gak suka sama dia," kesal Syena melihat semuanya. "Tapi ya wajar sih mbak, cowok yang tadi kelihatannya ganteng banget." "Kamu pikir emangnya Bara nggak ganteng!?" "Eh??" Rachel kaget karena respon Syena langsung ngegas seolah tak terima dengan ucapannya. Syena tersadar karena responnya terasa sangat berlebihan, "ya maksudnya... emang cowok yang sama Alina tadi ganteng banget, tapi Bara nggak jelek juga kok." Rachel hanya bisa terkekeh pelan, "maaf mbak, saya juga nggak maksud bilang Mas Bara jelek. Lagian kalau Mas Bara itu jelek, ya nggak mungkin lah mbak mau dijodohin sama dia, ya kan mbak?" Syena hanya bisa menarik sudut bibirnya merespon ucapan Rachel, "jangan salah paham, aku marah hanya karena kesal melihat kebodohan Bara." "Iya deh mbak," Rachel mengangguk mengiyakan ucapan Syena. Kini Syena kembali sibuk dengan pikirannya sendiri sambil terus memain-mainkan ponsel yang ia pegang, "apa sebaiknya aku kirim saja foto ini pada Bara sekarang?" "Gimana mbak??" Rachel bertanya karena mendengar Syena bergumam. "Ah tidak, bukan apa-apa." *** Setelah selesai mandi serta bersih-bersih, Syena langsung berjalan menuju sofa di depan televisi untuk bisa bersantai malam ini sebelum benar-benar beristirahat. "Ah! Bukankah besok Bara akan pulang? Hm..., beberapa hari ini aku benar-benar tidak mengganggunya. Apa sebaiknya aku ganggu dia sekarang?" Syena tersenyum semangat menjangkau ponselnya untuk menghubungi Bara. Sejak Bara berada di Singapura ia hanya pernah menghubungi pria itu sekali saja, selain karena pada terakhir kali ia lumayan kesal mendapati kenyataan bahwa Bara benar-benar tak tahu apa-apa tentang dirinya bahkan sekedar nama lengkap, Syena juga tak ingin mengganggu Bara. Syena tahu kalau selama seminggu di Singapura untuk urusan bisnis tentunya Bara akan sibuk dan butuh konsentrasi. Ia sadar diri saja kalau ia mungkin memang sedikit membuat Bara kesal. Tapi berhubung besok Bara mungkin akan pulang, Syena merasa tak masalah untuk menghubunginya sekarang. "Ayo ayoo angkat doong Adibaraaaa," ujar Syena berdendang sambil memain-mainkan kakinya di udara secara santai. "Helllloooooowww~~" Syena langsung tersenyum lebar saat mengetahui panggilan yang ia buat akhirnya diangkat oleh Bara. "Hm, halo." jawab Bara terdengar tak bersemangat sama sekali. "Besok jadi pulang? Jadi dooong, secara kamu pasti sangat merindukanku bukan?" "Kalau begitu aku akan disini lebih lama lagi." "Eh? Lah kok gitu siih?" "Karena aku sama sekali tak merindukanmu." Syena hanya memutar bola matanya malas, "besok aku jemput ke bandara ya?" "Nggak usah, aku bisa pulang sendiri." "Hey ayolaah, jangan terlalu keras coba menghindariku." "Terserah," Bara terdengar pasrah menghadapi Syena. "Kamu tidak lupa janjimu untuk jalan denganku bukan?" "Jalan??" "Jangan berlagak lupa, kamu janji setelah pulang dari Singapur." "Kita hanya janji bertemu untuk mengetahui apa alasanmu menggangguku." "Ish, kamu kaku sekali. Sesampai disini kamu harus bertemu denganku dan langsung memenuhi janjimu." "Ya kita atur itu nanti, aku harus bertemu dan selesaikan yang lain dulu." Dahi Syena mengerut mendengarkan jawaban Bara, "apa??" "Ah, kamu tidak perlu tahu." Pikiran Syena langsung mengarah pada sesuatu, "Bara, kamu nggak akan berhubungan lagi dengan Alina kan?" "Terserah padaku lah, kenapa kamu ingin tahu?" Syena terdiam, ia pikir Alina sudah bicara perihal masalah di cafe itu pada Bara, tapi dari nada bicara Bara tampaknya ia belum tahu apa-apa. "Apa masih ada yang mau kamu katakan, aku akan matikan telponnya sekarang." Bara bicara karena Syena terdiam dengan waktu yang cukup lama. "Eh!!? Tungguu!" Syena tersadar dari pikirannya, "jam berapa besok kamu pulang? Biar aku bisa ke bandara tepat waktu menjemputmu." "Ck, tidak perlu." "Apa aku harus tanya langsung sama Om Prima?" Terdengar suara helaan napas panjang dari arah Bara yang membuat Syena tertawa, "udah lah ya, aku tanya Om Prima aja nanti. Biar makin akrab sama camer hehe, sekalian aku juga nanya ke mama kamu nanti." "Besok kamu nunggu sekitar jam 3 aja." Bara akhirnya menyerah begitu saja. "Okeeeeyyyyy!! Sampai jumpa besok! Oh iya, jangan repot-repot bawain aku oleh-oleh segala. Kehadiran kamu yang selamat dan penuh kebahagiaan aja udah cukup buat aku kok." "Ish, berhentilah berimajinasii!" Syena tak bisa menahan tawanya sampai perutnya sakit, ia tak paham kenapa menggoda Bara menjadi hal yang sangat menghibur untuknya, "iya deh iya sayangkuuuu~" "Berhenti membuatku mual Syenaaaa!" Bara tampaknya tak sanggup lagi meladeni kegilaan Syena. "Idih, paling nanti juga kebawa mimpi sangking senengnya." "Iya, mimpi buruk." "Kamu terlalu malu-malu Tuan Adibara. Okey istirahat yang baik ya, kamu pasti sangat bersemangat untuk bertemu denganku besok." "Syena tunggu, aku..." Syena mengangkat alisnya karena Bara kini tengah menggantung kalimatnya, "apa??" "Tidak jadi." "Idih apaansih ga jelas banget. Hoooo, kamu mau bilang 'aku cinta kamu' ya?" Syena semakin menjadi menggoda Bara. "Ah sudahlah, kamu semakin tidak waras, aku matikan sekarang." Bara dengan cepat ingin menyelesaikan panggilan. "Idih judes beneerr, kamu mau ngomong apaansih Bara? Aku penasaran nih, nanti kalau aku ga bisa tidur gimana?" Bara tertawa dari arah seberang, "baguslah, semoga malam ini tidurmu tak tenang. Bye!" dan panggilan pun disudahi begitu saja oleh Bara yang membuat Syena kesal. "Ihhhh menyebalkaaaan!"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN