Mata Elang mendelik saat mendengar dugaan itu. Hatinya berdesir, sebab apa yang dirasakannya memang sejalan dengan apa yang dituduhkan Senja. Perempuan itu sukses menggoyahkan ketenangan Elang. Ia sudah terusik sejak melihat Senja turun dari motor lelaki lain di bawah sana. Di sisi lain, Senja sama sekali tidak menunjukkan rasa gentar. Ia tak ingin terus bungkam ketika Elang berusaha mengintimidasinya. “Kalo emang bukan cemburu, Kak Elang nggak bakal marah kayak gini liat aku dianter cowok.” Perkataan itu menghantam tepat sasaran. Elang memaku tatapannya pada sang istri. Wajahnya mengeras, rahangnya mengetat. Satu tangannya diletakkan pada sisi kepala Senja, mengepal dan menghantam tembok, menimbulkan bunyi yang hampir mirip dengan ketukan keras. Ia memburu manik mata Senja supaya

